Selasa, 28 Februari 2012

sahabat dan paradigma baru

Memanggil memori
Satu minggu sudah kamar tidurku tertata cukup rapi, satu minggu pula kamar tidurku bebas dari asap rokok. Segar aroma pengharum ruangan kini menggantikan bau rokok, yang biasanya menempel kuat di goden dan dinding ruangan. Aku sangat menikmatinya, meski aku tidak begitu yakin semua ini akan bertahan lama, setidaknya karena ini bukan kali pertama aku coba untuk berusaha bersih, dan berakhir dengan acak-acakan kembali. Dikamarku kini dengan mudah aku bisa temukan buku-buku, dokumen, pakaian, atau barang lainnya. Semua tersimpan pada tempatnya, tertata dengan rapi dan lebih terjaga dari debu dan tumpahan kopi. Keadaan kamar yang bersih dan rapi tersebut, ternyata mampu membawaku menerawang jauh kedalam cerita yang tersirat dalam barang-barangku. Mulai kutengok deretan buku, ternyata cukup banyak koleksi buku yang antah berantah keberadaannya, beberapa buku yang masih disegel dan belum sempat aku baca, beberapa buku dengan pembatas yang artinya yang belum tuntas aku baca. Dari tiga hal saja yang berkaitan dengan buku, muncul pertanyaan kenapa bisa aku lengah perhatikan buku? Kenapa bisa aku beli buku tanpa langsung membacanya? Dan kenapa juga ada buku yang belum tuntas aku baca?, padahal biasanya jika belum tuntas aku baca, pasti aku simpan dalam tas biasa, agar selalu aku bawa kemanapun. Tumpukan pakaian dalam lemari dan yang tertumpuk di pojok kamar mulai kuperhatikan, disana ku temukan beberapa potong pakaian baru, beberapa diantaranya kaos oblong dengan gambar bunaken, pinisi, samarinda dan lombok. Akh... aku mulai bertanya kapan baju-baju ini aku miliki? Dan atau jika diantara baju itu adalah pemberian orang, siapa pula orang yang memberikannya?
Masih banyak barang lainya yang belum ingin aku lihat, hanya dari beberapa item saja kepalaku cukup sesak oleh pertanyaan, apa yang terjadi denganku ini, mengapa aku jadi pelupa? Mengapa pula aku kurang peduli pada barang-barang berharga yang aku miliki? Terlampau banyak agendakah yang menyita waktu dan pikiranku? Atau terlalu banyak agenda sosial yang memusingkanku, hingga aku tuidak peduli lagi pada miliku sendiri? Atau..... Sudahlah... aku belum ingin menjawab semua tanya itu, secangkir kopi dan beberapa batang rokok mungkin bisa membuatku lebih santai, semoga keruhnya kopi hitam mampu menjernihkan pikiranku.Akhirnya bangku di taman belakang menjadi pilihanku untuk menikmati secangkir kopi dan rokok itu, saat senja mulai menyapa, disanapula aku larut dalam perenungan itu.

Ciumbuleuit, saat hari terasa lebih panjang dari biasanya. 20 April 2011

Tidak ada komentar: