Rabu, 18 November 2009

hujan



Biarkan saja sorrow -bad religion, out of my head -fast ball, always some where -scorpion, a message to you rudy –the specials, no rain –blind melon, easy –faith nomore, original sins –elton john, like a rolling stones –the rolling stones, jina –slank, lentera jiwa –nugie, police on my back-rotten to the core, singa jengke – dirty doll, lawan –jeruji dan open up your heart and let the sun shine in –frente menyapa gendang telingaku dengan gelombang-gelombang ajaibnya. Lupakan hari ini aku harus ngurus ini itu dan harus hadir disana dan disini. Biarkan saja semuanya mengalir seperti ini, secangkir kopi mengepul yang entah cangkir keberapa, sebatang rokok di bibir yang entah batang keberapa dan tentu saja sekotak rindu yang entah akan kukirim kapan dan entah pula pada siapa. Sengaja aku kencangkan suara musik itu, aku tidak ingin mendengar dulu suara hujan yang turun sedari tadi siang itu. Meski aku tidak menganggap hujan adalah teror tapi untuk kali ini biarkan aku tidak mengatakan aku mencintai hujan, biarkan aku tidak menikmati butiran air itu membasahi cemara gunung dihalaman rumah dan membuat bahagia ikan dikolam halaman belakang. Terlampau banyak hal yang harus aku pikirkan dan sejauh ini aku hanya bisa berpikir Apa yang harus aku pikirkan dulu?, mungkin saking banyaknya yang harus aku pikirkan akhirnya aku hanya bisa memikirkan apa yang harus aku pikirkan. Ya selama belum tahu apa yang harus aku pikirkan, aku pikir ada hal yang tidak harus aku pikirkan tapi bisa aku kerjakan. Menuliskan saja apa yang ingin aku tuliskan tanpa harus aku memikirkannya dahulu.
Saat hujan turun lagi ketika berpikir adalah hal yang paling aku pikirkan. 18 november 2009/16.10

Kamis, 12 November 2009

.............

kaset dan rekaman cerita
Tidak adil rasanya membeli buku tanpa membacanya… gumamku suatu malam ketika duduk di meja kerja sambil menatap deretan koleksi buku miliku yang diantaranya masih baru dan masih di segel. Sebelum memutuskan buku mana yang akan aku baca, mataku terpaku melihat beberapa kaset yang terletak di atas deretan buku. Aku ambil semuanya, kuperhatikan semua kaset itu dan pikiranku melayang mengingat kapan dan dimana kudapatkan semua kaset itu. The business, modulus band, slank minoritas, orkes sinten remen dan pesta alternative. Aku ingat semuanya, kaset orkes sinten remen itu milik ziah yang dibawanya dari jogja dan kaset sisanya adalah hasil perburuanku sentra kaset dan buku bekas di jalan dewi sartika bersama anata syah fitri siregar, yang saat itu adalah kekasihku. Aku ingat bagaimana cerita saat mendapatkan semua kaset itu, benar-benar ingat.
Cukup sudah agenda romantisme-nya, aku ambil kaset pesta alternative yang sampulnya berwarna kuning itu. aku perhatikan gambar-gambar di cover itu, judul-judul lagu dan nama band yang ada dalam kaset kompilasi itu dan sangat besar keinginanku untuk mendengarkan kembali lagu-lagu yang pernah hits tiga belas tahun lalu itu, hanya saja tidak bisa aku wujudkan karena aku tidak memiliki lagi piranti pemutar kaset. Akh… betapa bodohnya aku, bukankah sekarang ini era digital dan era informasi tanpa batas?, internet diwakili paman google mungkin punya solusi untuk hasratku ini. segera ku sambungkan computer jingjingku ke jaringan internet, masuk ke beranda paman google dan kumulai mengetik kata kunci yang kuyakini akan mempertemukanku dengan yang dimaksud. Tidak salah kalau di dunia maya aku dapat julukan raja download nggak pernah upload, dalam hitungan menit beberapa lagu dari kompilasi pesta alternative format digital mp3 sudah kudapatkan, langsung mainkan dan biarkan lagu berjudul nananana, amburadul, sendiri, makara dan fenomen itu bercerita tentang masa dimana lagu-lagu itu adalah lagu tema hari yang kulalui.
Kembali ke romantisme, aku ingin sampaikan terima kasih kepada anata syah fitri siregar yang menemaniku mendapatkan kaset-kaset itu. aku rasa semua kaset itu harus kamu yang simpan.

Selasa, 10 November 2009

sorehujandan harapan

Inilah yang kumaksud dengan harapan, sebuah drama sentimental romantic pertemuan antara butir-butir air hujan dengan tanah kering merana. Seperti seorang ayah bijak yang tidak mau ketinggalan sedikitpun waktu dimana anaknya tumbuh, akupun demikian tidak ingin kehilangan satu moment pertemuan itu. Lagu dead flower milik the rolling stones beradu dengan butiran air hujan menimpa atap sayup kudengar, kutinggalkan sejenak buku yang sedari siang kubaca. Akh… segarnya aroma tanah kering bertemu butir air hujan itu, seakan mengisyaratkan kebahagiaan atas rumput ilalang yang mulai menguning menyambut harapan bisa bertahan dan segar mata ini melihat daun cemara angin menghijau kembali ditinggalkan debu.
Satu sore dimana aku yakin senja yang cantik tidak akan datang dan terlalu sendu untuk meminta pelangi hadir datang setelah hujan. / griya bukit mas, 10 november 2009/ 17.26