Jumat, 20 Februari 2009

buku, pesta dan cinta*

Buku, pesta dan cinta*
Sembilan tahun lalu aku putuskan untuk menandatangani surat tanda tamat belajar di SMA, dengan demikian aku berhak melepaskan seragam putih abu lengkap dengan aturan normatif yang hampir dua belas tahun mengukung. “... aku bisa gondongin rambut, pake jeans rombeng dan merokok bebas”, itulah gumamku saat itu sambil membayangkan dunia kampus yang akan aku jajaki sebentar lagi. Dan apa yang terjadi selanjutnya? Ya... dunia kampus yang aku impikan itu kunikmati, tidak ada satu fitur-pun ku lewatkan. Aku menikmati penyiksaan sampai menjadi penyiksa dalam ospek, kunikmati dunia kost yang bebasnya tidak terhingga, kunikmati pula tidak punya uang untuk makan di akhir bulan, dan tentu saja asmara kampus yang tiada tara menggairahkannya.
berlanjut lain waktu saja...

*jargon yang didapat dalam kuliah bersama husein nawawi

kerabatku ini...

Kartiwa namanya.
“... kebesaran Tuhan terbukti oleh banyak hal, diantaranya adalah lahirnya musik metal dan hadirnya manusia-manusia ajaib”.
Kartiwa, itulah nama lelaki yang aku kenal enam tahun lalu, Hari ini tampangnya yang lusuh dengan rambut gimbal sebahu, badannya yang berotot dan tentu saja kegaringan yang tiada henti . dalam enam tahun tentu saja banyak hal yang aku ingat dari kartiwa ini, karena interaksiku dengan dia tidak hanya sebatas kegiatan dikampus saja melainkan dalam hoby pula. Beberapa kali kami kerjasama membuat video art, iklan, film pendek dan event. Kemampuannya dalam artistik juga menggunakan piranti rekam gambar dan penyuntingan video sangat menonjol, selera musik dan seni yang boleh dikatakan menarik dan luwes dalam pergaulan membuat dia bisa masuk dan diterima di banyak komunitas. Aku berani bertaruh, sebagian besar orang dikampusku pasti mengenal sosok kartiwa ini. Aku merasa beruntung bisa mengenal sosok kartiwa lengkap dengan segala kegilaan dan kebaikannya.
Hari ini, sudah hampir empat bulan aku jarang bertemu ataupun bersapa dalam pesan singkat dengannya. Entahlah apa yang jadi kesibukannya sekarang, yang pasti aku merasa kehilangan dia. Ya... dimanapun kamu berada, semoga selalu menyenangkan dan bila memungkinkan berkabarlah padaku.

coba kalo masih ada pak harmoko

Ya, tentu saja bila dulu musik dari negeri ini menjadi inspirasi musik negeri tetangga dan hari ini sebaliknya yaitu kita yang terinspirasi musik negeri tetangga tersebut. Pernah mendengarkan musik yang disuguhkan merpati band, kangen band, republik, dewa, dan lain-lain? Apakah anda tidak merasakan nuansa musik negeri tetangga begitu kental merasuki setiap lagu yang dinyanyikan mereka? Owh, musik yang gitu-gitu saja, suara vokalis yang termaksa dan memaksa bernyanyi, lirik yang merana dan tentu saja ciri-ciri tersbut hanya dimiliki group musik dari negeri tetangga seperti exist, uks, saleem, search dan lainnya. Apa yang terjadi?
Bukan waktunya mencari siapa yang salah, mungkin itu pepatah yang paling bijak dan tolol yang perhan terlontar menyikapi masalah ini. Dan kita harus melakukan sesuatu yang tepat dan cepat. Dan solusinya adalah kita gunakan mesin waktu dan kembali kemasa lampau, tepat disaat sesuatu yang mendasar terjadi.
Perjalanan kali ini, kita akan mengunjungi tahun 90an awal. Seperti biasa misi yang di emban harus menyangkut hajat hidup orang banyak dan tidak boleh ”terlalu” bersifat subjektif, maka misi kali ini adalah kita membunuh semua personil serta pihak lainnya yang terlibat dalam percaturan musik di negeri tetangga, Dan tentu saja dengan kegiatan itu kita turut membenahi peta percaturan musik dalam negeri, yang hari ini hancur berantakan karena ekspansi nuansa musik negeri jiran.
Mesin waktu akan berangkat tepat tiga hari kedepan, bila anda memutuskan untuk turut serta berangkat menunaikan misi ini, silahkan isi formulir dengan isian biodata, serta tanda tangan untuk kesanggupan memenuhi beberapa aturan yang diantaranya :
1. sehat jasmani dan tidak perlu sehat rohani
2. merasakan adanya kejanggalan dalam nuansa musik negeri ini
3. menyadari bahwa kuping kita diseragamkan
4. siap memiliki selera musik yang pernah kita miliki di masa lampau
5. mengakui bahwa kita masih waras untuk menolak musik negeri jiran


aku slalu merasa siap untuk bertarung lagi di dunia periklanan, dunia yang aku sukai.

katharsis

LATAR BELAKANG TEORI

Katharsis berasal dari bahasa yunani yang berarti pembersihan (Purging).Meskipun belum disebut katharsis, Seorang filsuf Yunani yaitu Aristoteles berpendapat bahwa katharsis adalah penyucian yang dihasilkan pada para pemirsa dalam sebuah pementasan sandiwara. Pendapat lain mengatakan bahwa katharsis merupakan metode psikologi (Psikoterapi) yang menghilangkan beban mental seseorang dengan menghilangkan ingatan traumatisnya dengan membiarkannya menceritakan semuannya, sedangkan menurut agama Kristen pembersihan bias disebut sebagai perubahan mental yang dicapai dalam penyucian diri. Aristoteles telah menggunakan konsep katharsis dalam karyanya untuk menyampaikan emosi akan tragedy kepada audience-nya.

Teori Katharsis pertama kali diperkenalkan pada kisaran awal tahun 1960 dalam tulisan berjudul The stimulating versus cathartic effect of a vicarious aggressive activity yang dipublikasikan dalam journal of abnormal social psychology. Dalam artikel yang ditulis oleh Irving Janes tersebut dibahas tentang hasil penemuan dalam penelirtian tentang catharisis effect pada khalayak media masa khususnya pemirsa televise dan film.

Konsep teori ini berdiri diatas psikoanalisa Sigmund freud, yaitu emosi yang tertahan bias menyebabkan ledakan emosi berlebihan, maka dari itu diperlukan sebuah penyaluran atas emosi yang tertahan tersebut.Penyaluran emosi yang konstruktif ini disebut dengan katharsis. Secara umum, bila kita memiliki sebuah hasrat atau emosi sudah seharusnya kita meluapkannya secara langsung, tapi kita kembali pada kenyataan bahwa manusia memiliki keterbatasan, maka untuk menyalurkan emosi dan hasrat yang tidak mudah diteremahkan dibutuhkan sebuah cara yang relative aman yang bukan merupakan tindakan nyata individu tersebut, melainkan penyaluran yang diwakilkan .

Minggu, 08 Februari 2009

berani tampil sama

Semuanya ingin tampil beda dan semuanya tak mau sama dengan yang lain,apa mungkin?

Beda seperti apa yang kita inginkan? apakah yang menurut kita beda itu memang beda? atau mungkin hal tersebut sebenarnya tidak beda dan bukan hal baru? mungkin kita saja yang baru mengenalnya?

hari ini media (Atas kepentingan tuhan* (*Dengan t kecil) baru bernama modal) menawarkan beragam pilihan untuk semua kalangan, baik kalangan yang menyadari dirinya mainstream atau pula kalangan yang menganggap dirinya sidestream.

Kalangan mainstream menikmati keseragaman selera tersebut dan menikmati hembusan wacana berinisial trend tersebut, sedangkan kalangan sidestream yang menyatakan perang terhadap penyeragaman selera merasa gerah dengan ulah media tersebut. Yakin demikian? perlawanan tersebut apa benar untuk menjadi sesuatu yang berbeda? bisa saja perlawanan kalangan sidestream tersebut hanya sebuah bentuk pembenaran ketika mereka tak bisa menampilkan eksistensi mereka di wilayah itu.

life is about choose and decide (anata-ku),dengan ungkapan itu setidaknya kita harus menerima kenyataan bahwa kita hanya bisa memilih (Yang sudah ada) dan memutuskan pilihan itu.

perkara mainstream ataupun sidestream hanya kita yang tahu, selebihnya mari kita teriakan bersama " saatnya berani tampil sama?????"

inikah yang namanya pencaharian?

entah kenapa lampu jalan di gerbang tol pasir koja beberapa jam yang lalu lebih indah aku lihat., segelas kopi hitam menemaniku yang duduk di bibir trotoar, menunggu bis antar kota yang akan mengantarkanku ke kota purwakarta tempatku bekerja saat ini.
Hampir dua jam aku diam disana, menyaksikan pemadangan lalu orang yang datang dan pergi dengan kebanyakan berwajah kusut dan letih. sesaat aku diam dan memikirkan tentang aku sendiri, dan benaku bertanya apa yang sedang aku lakukan?kenapa harus melakukan ini?. malam-malam seperti ini bukanya waktu orang beristirahat, setelah seharian beraktivitas? dan aku? bukanya siang hari juga beraktivitas?. aku coba ingat kembali semua agendaku beberapa hari ini. kemarin lusa aku dikantor sampai pukul 02 pagi, pulang kerumah kontrakan dan bergadang menyelesaikan kerjaan sampai jam lima pagi, dan jam sembilan aku sudah berada dikantor lagi. seharian aku keliling kota bersama seorang teman sekantor tuk menyelesaikan iklan testimonial, sampai sore hari dan malamnya aku langsung berangkat menuju jatinangor tuk menyelesaikan pekerjaan lain yaitu membereskan pesanan merchandise, tengah malam aku sudah berangkat lagi menuju studio mini milik kerabat di bandung kota untuk menyelsaikan posprod iklan testimonial. sampai pagi lagi aku bergadang didepan komputer, istirahat sebentar dan siang aku harus menyelesaikan pekerjaan di daerah dago, dan selesai agenda itu aku harus bergegas kembali ke purwakarta untuk menyelesaikan pekerjaan dikantor.
bis terakhir tujuan bekasi via purwakarta telah datang, aku bergeas naik dan duduk di bangku panjang dekat kaca. sepanjang jalan-pun pikiranku masih menerawang, aku masih bisa tersenyum dengan segala hal yang ku lalui beberapa hari ini dan sudah terjadi sejak dulu. mungkin inlah yang dinamakan resiko dan kewajiaban pencaharian.

This entry was posted on Wednesday, January 16th, 2008 at 8:31 am and is filed under Uncategorized. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can skip to the end and leave a response. Pinging is currently not allowed.

sang pemerkosa


aku hidup di sebuah dunia yang menyenangkan, menikmati setiap hari seperti liburan dan mengisi hari untuk sebuah perlawanan yang sampai saat ini aku tidak pernah tahu siap musuhku sebenarnya.

kerabatku ada yang menjadi abdi negara, ada yang menjadi pengusaha, ada yang menjadi beban negara dan ada yang menjadi penghuni penjara* (*Yang dibuat sendiri maupun oleh negara).ada juga kerabatku yang mendedikasikan hidupnya untuk dirinya sendiri, nama tengahnya adalah sang pemerkosa seni. aku paling akrab dengan kerabatku yang terakhir, dia senang berkarya dan mereka senang dipuji oleh para penikmat karyanya. "sungguh luar biasa karya anda ini, liar dan imajinatif" itu adalah penggalan dari sebuah pujian yang diterimanya.

suatu ketika, kutanyakan padanya tentang esensi karya-karyanya. dia menjawab, tak usah kau mengerti, karena karyaku berdialog dengan jiwa. dan hanya jiwa bebas-lah yang mampu menerjemahkan bahasa dalam dialog itu.

terdiam mendengar jawaban itu,sadar aku tak pernah mengerti setiap karya hebatnya dan aku berpikir apakah aku adalah jiwa terpasung? jiwa bebas apakah yang dimaksudnya?kupandangi setiap karyanya dan kupandang pula para penikmatnya. apa yang harus aku lakukan? aku pertanyakan kembali padanya? aku cari sendiri esensi kebebasan jiwa itu? atau aku diam saja pura-pura mengerti setiap karyanya? aku pilih untuk pura-pura mengerti saja, hanya tinggal manggut-manggut dan memberikan sedikit pujian padanya, dengan begitu aku akan menjadi bagian dari manusia-manusia berjiwa bebas itu. ya…

sejak saat itu aku selalu menyimpan segala tanya dalam hati saja, akan kucari waktu luang tuk mendiskusikannya dengan diriku sendri.hanya kami berdua dan jangan sampai ketahuan oleh para manusia berjiwa bebas.

suatu saat dimana kepalaku pening menyaksikan sebuah karya yang kata orang fenomenal dan mengandung makna yang sangat dalam,aku tidak mengerti sedikitpun esensi dari karya itu. tak kutunggu lagi waktu lain untuk melibatkan diri dalam sebuah diskusi sengit dengan diriku sendiri, sebuah diskusi tentang karya itu, dan ssegala kegelisahanku selama ini tebntang karya-karya itu.

sang pemerkosa, sampai kapan kau biarkan aku larut dalam kegelisahan dan pertanyaan ini?

“…Gelisah ketika melihat cermin, apalagi kenyataan”

Aku teringat beberapa tahun silam,ketika aku mulai merasa tidak nyaman melihat kerutan wajah, kusamnya air muka , melihat tatapan mata yang makin keruh , dan segalah hal dari diriku yang kulihat dicermin. Seakan aku tak mengenal siapa diriku, seakan aku melihat sosok lain dari diriku. Benarkah itu aku? Apakah dia adalah aku? Dan sejak kapan aku seperti itu? Kalaupun benar itu adalah aku, Lantas apa yang membuat aku menjadi seperti itu?. Hampir lama aku terjebak dalam pemikiranku dan terbunuh oleh asumsi serta persepsi yang muncul dalam benakku kenapa aku harus memikirkan pertanyaan-pertanyaan tersebut?

Bagaimanapun juga, aku masih punya sisa waktu untuk menjalani hari. Kupaksakan kaki untuk menjalani hari, kucoba pula untuk mengalihkan perhatian ketika benak ini mulai mempertanyakan segala sesuatu yang kulihat dalam cermin itu. Sampai kapan?

“Gelisah ketika melihat cermin, apalagi kenyataan” kurang lebih itulah beberapa kata yang kubaca dari profil friendster seorang kerabat. entahlah, dari sekian banyak profil yang aku baca di friendster, kata-kata itu tampak lebih menarik dan bisa membuatku beberapa kali mengulang membacanya, mecoba mencari tanda yang bisa aku maknai atau mencoba mencernanya.

Ya… aku sedikit mengerti, Ternyata kata-kata itu adalah sebuah jawaban atas segala pertanyaan tentang kebencianku untuk bercermin. Bukan tak mengenal siapa yang wajahnya mulai berkerut, bukan aku yang tidak kenal kusam air muka itu, bukan aku yang tidak kenal tatapan mata keruh itu tapi karena aku tidak pernah sadar dan tidak pernah mau mengenal siap diriku dan bagaimana aku hari demi hari. Aku terlalu sibuk dengan masalalu, beromantisme dengan kulit wajah yang kencang, beromatisme dengan air muka yang cerah dan beromatisme dengan tatapan mata yang jernih.

Cermin adalah sebuah refleksi dari kenyataan, dari cermin aku bisa tahu siapa aku hari ini. Ya sebuah kenyataan yang harus aku terima dan sebuah kenyataan yang tidak mungkin aku hindari.