tag:blogger.com,1999:blog-22892633537007557562024-02-19T03:04:00.770-08:00daniel_triardiantotriardianto_danilhttp://www.blogger.com/profile/11101121253539770866noreply@blogger.comBlogger53125tag:blogger.com,1999:blog-2289263353700755756.post-57103250753760024072021-06-22T21:27:00.000-07:002021-06-22T21:27:46.596-07:00dua hari mikir untuk kerja dua jam
<div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiUfo2jE0sXGZeA_dfviYGuOQb36Jz6T5AHWpoF2zuLcLDnroN6cst4XYRMZd306eSvoADrxJWg5ZqUWsIl26ZKiWXbjBO_OkliAVSw4r7CFjHOKXffJKQ5ISTWehsFcw0cS1LIgRZh0mpg/s1010/muse-dalifah-shirt-shirt.jpg" style="display: block; padding: 1em 0; text-align: center; clear: left; float: left;"><img alt="" border="0" width="320" data-original-height="1010" data-original-width="1010" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiUfo2jE0sXGZeA_dfviYGuOQb36Jz6T5AHWpoF2zuLcLDnroN6cst4XYRMZd306eSvoADrxJWg5ZqUWsIl26ZKiWXbjBO_OkliAVSw4r7CFjHOKXffJKQ5ISTWehsFcw0cS1LIgRZh0mpg/s320/muse-dalifah-shirt-shirt.jpg"/></a></div>
Beberapa hari ini cuaca sedang bersahabat, tidak seperti Jakarta biasanya yang akrab dengan gerah dan panas. Beberapa hari ini pagi diselimuti gelap, matahari tampak enggan menampakan diri. Untuk suasananya cukup menyenangkan seperti tinggal di pinggiran Bandung, tapi nuansa kelamnya cukup meresahkan. Setumpuk pekerjaan yang belum tersentuh, tugas-tugas sekolah menjelang UAS yang selalu menggunung belum juga terpetakan, dan koreksi tugas mahasiswa juga masih jauh dari kata dikerjakan. Selalu ada distraksi saat berupaya untuk fokus, dan jika sudah dalam kondisi begini tidak ada lagi pilihan, selain melakukan terapi fokus. iya, terapi dengan nonton film, dengerin musik, dan menyibukan diri dengan refil kopi terus menerus. sampai kapan? tenang, belasan tahun kerja profesional sudah membuat tatanan sendiri soal urusan begini. membiasakan mikir dua hari untuk pekerjaan yang akan diselesaikan hanya dalam dua jam saja. Saking bingungnya pagi ini, sampai sempat buka blog lama dan menulis beberapa kalimat. dan mari kita maknai kondisi ini sebagai proses, dimana alam semesta sangat mendukung untuk santuy dengan dalih berproses. selamat....triardianto_danilhttp://www.blogger.com/profile/11101121253539770866noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2289263353700755756.post-21792531479089677712016-07-20T03:38:00.000-07:002016-07-20T03:38:09.453-07:00pada akhirnya semua ini adalah awal...<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEic0Da9fVB7ATjATJ46RQCbIMyqdoCOf18JPd4iEqg2ypnm8NcnXTAScVSK7n5Eog1fgdjLT_4Q3H1l6OeS5L6fkjEBSF09t6yUuYQWui3oCevFd1b2RiwtinY5bBCNcL8OWgoJM9QcUjHQ/s1600/testpack.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEic0Da9fVB7ATjATJ46RQCbIMyqdoCOf18JPd4iEqg2ypnm8NcnXTAScVSK7n5Eog1fgdjLT_4Q3H1l6OeS5L6fkjEBSF09t6yUuYQWui3oCevFd1b2RiwtinY5bBCNcL8OWgoJM9QcUjHQ/s320/testpack.jpg" width="320" height="320" /></a></div>Adakah yang tahu berapa judul film yang sudah dibintangi oleh Leonardo Dicaprio? Apakah tahu juga berapa kali dia masuk sebagai nominator Oscar? Tak perlu dijawab dengan data, karena saya yakin semua orang sepakat bahwa Leonardo Dicaprio adalah aktor hebat, namun “menyedihkan” karena tidak pernah berhasil menggondol Oscar meski sangat sering masuk nominasi. Hingga pada pengaugerahan Oscar tahun 2016 namanya disebut [kembali] sebagai nominator Oscar, dan pada akhirnya keluar sebagai pemenang. Masih ingat dengan pidato kemenangan Leonardo Dicaprio yang lugas, menyinggung isu sosial yang diluar konteks dunia sinema, dan cukup panjang bila dibandingkan dengan pemenang lainnya. Sebuah pidato kemenangan yang saya yakin telah dirancang dari jauh hari, namun belum ada kesempatan untuk membacakannya.
Sudahlah, kita tidak usah larut dalam persoalan Leaonardo Dicaprio tadi, toh maksud saya menuliskan itu karena bingung saja untuk memulai tulisan ini. Kalaupun ada semacam kesamaan dengan cerita yang akan saya tuliskan, saya pastikan itu bukan kesengajaan saya untuk menyamakan diri dengan Leonardo Dicaprio. Beberapa hari lamanya saya diguncang oleh perasaan yang entah apa namanya, antara senang, khawatir, sedih dan haru datang silih berganti. Penyebabnya bisa dibilang sederhana, hanya karena istri saya mengeluh pinggangnya sakit dan panas, perutnya rada mual dan agak lemas. Seperti tanda-tanda perempuan akan menstruasi dan juga tanda-tanda perempuan sedang hamil muda. Pertanyaannya, istri saya sedang mengalami gejala yang mana? Apakah mau datang bulan atau sedang hamil? Jelaslah jawaban tepat untuk pertanyaan tersebut hanya muncul dari dua pihak saja, yang pertama apakah menunggu waktu saja yang menjawabnya atau kami harus datang ke dokter kandungan. Tapi sebelum berserah pada dua pihak tersebut, kami coba pakai alat test istant kehamilan. Apabila muncul satu garis berarti negatif hamil, sedangkan bila muncul dua garis dipastikan positif hamil. Setelah kami coba pakai beberapa merek untuk pembanding, hasil yang keluar adalah satu garis tegas dan garis kedua rada sedikit samar. Jadi bagaimana itu halsilnya?! Baiklah, kalau menunggu sang waktu yang menjawab, mungkin akan semakin membuat saya dan istri terombang ambing di samudera tanya, antara hamil atau datang bulan. Sudahlah, tidak baik berpolemik untuk soal yang rasanya mudah diselesaikan. Mari kita datangi saja dokter kandungan. Dokter kandungan kali ini adalah paling cantik diantara lima dokter yang mendampingi program kehamilan kami, karena empat diantaranya adalah dokter laki-laki. Dokter cantik itu namanya Lena, dan kini sedang duduk manis di seberang meja menekuni medical record milik istri saya. Dengan ramahnya dia bertanya kepada kami perihal serangkaian program kehamilan yang sudah dilakukan, dan menyuruh istri saya berbaring di tempat periksa. Untuk kali kesekian pula saya berdiri disamping istri yang berbaring diperiksa, melihat visual yang tampak di monitor USG. Kalau sebelum-sebelumnya visual di monitor itu begitu sulit saya mengerti, tapi untuk kali ini tanpa harus jeli sekalipun bisa saya lihat ada “sesuatu” disana.
Iyaaa, benar sekali, “sesuatu” yang saya lihat di monitor USG adalah tanda awal kehidupan dalam rahim. Setelah tiga setengah tahun lebih penantian, pada akhirnya saya bisa mengatakan “Istri saya positif hamil!” dengan nada sendu namun dengan senyum terkembang. Rasanya ingin sekali selebrasi sekeren Iniesta setelah menjebol gawang Belanda, saat final piala dunia 2010 Afrika Selatan. Atau membacakan pidato kemenangan seperti Leonardo Dicaprio saat mengangkat Oscar pertamanya. Tapi sayangnya ruang praktek dokternya terlampau kecil untuk berlari, dan juga tidak ada perangkat sound system untuk pidato. Hanya mampu mengucapkan Alhamdulillah, bersyukur atas segala situasi ini. Terima kasih untuk Tuhan yang Maha Asyik.
Moment indah itu akhirnya datang juga, setelah hampir empat tahun dalam penantian. Dalam rentang waktu penantian tersebut, tidak hanya satu jalan ikhtiar yang kami tempuh, mulai dari dokter kandungan paling terkenal sampai dokter kandungan yang pernah terkenal kami datangi. Dari sinshe paling sipit matanya sampai sinshe yang prakteknya deket lokalisasi juga kami datangi. Dari terapi minum juice buah campur sayur, minum kurma muda tambah madu, dan lainnya juga alhamdulillah pernah kami jalankan. Urusan waktu yang tepat dan gaya bersetubuh yang bagus versi siapapun yang menganjurkan, kami jalankan dengan penuh suka cita. Urusan spiritual rasanya yang kami lakukan hanya berserah pada takdir, berprasangka baik pada rencana Tuhan, dan berusaha untuk selalu Tabah Sampai Akhir, apapun yang harus kami jalani. Sebagai imigran dari surga yang sedang terdampar di bumi, grafik keimanan kami terus fluktuatif seperti nilai tukar Rupiah terhadap Dolar, yang begitu mudah terkoreksi sentimen negatif pelaku pasar. Ada saatnya kami lupa untuk sabar dan pasrah, manakala melihat sodara atau teman yang baru saja menikah langsung hamil. Atau bahkan melihat kawan yang sudah hamil, padahal baru akan menikah. Kami merasa iri, kesal dan tidak sesekali kami mempertanyakan kepada Tuhan, alasan dari semua hal tersebut. Ada begitu banyak drama dan air mata yang terjadi, meski tidak seheboh cerita sinetron Turki. Namun pada akhirnya kami bisa ceritakan segala getir itu dengan senyuman, alhamdulillah...
Usia kandungan istri saya masih sangat rentan, dan masih terbentang panjangnya perjalanan sampai kami bertemu buah hati tercinta. Insya Alloh... hanya saja untuk saat ini biarlah kami merayakan kebahagian ini dengan cinta yang sederhana.
Salam takjub untuk semuanya yang selalu menginspirasi...
triardianto_danilhttp://www.blogger.com/profile/11101121253539770866noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2289263353700755756.post-70250285362190383122013-12-02T01:32:00.000-08:002013-12-02T01:32:28.482-08:00Satu tahun telah berlalu<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg3GlpVaeAureTUAEnUo32RVEllkOAafc7nnBgSenLHQfM9v9ndL9eEYuB9f08mRS3tz4gpYOIdx0UyeyKPPIwAmbLvWI-But1gXqZuoWzC3MrvtoAjRGQPfJJzeBt44o-PSkZm2BFmyc6m/s1600/1373222242055.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg3GlpVaeAureTUAEnUo32RVEllkOAafc7nnBgSenLHQfM9v9ndL9eEYuB9f08mRS3tz4gpYOIdx0UyeyKPPIwAmbLvWI-But1gXqZuoWzC3MrvtoAjRGQPfJJzeBt44o-PSkZm2BFmyc6m/s320/1373222242055.jpg" /></a></div>
Hai Istriku....
Sepertinya kamu sudah cukup paham, aku begitu suka sayur lodeh dan tempe goreng, juga sangat tidak suka masakan apapun yang bau bawang putihnya masih tercium tajam. Sepertinya pula kamu sudah maun menerima, jika aku ngiler dan ngorok saat tidur, sering simpan baju kotor, buku dan perkakas disembarang tempat, dan tentu saja bikin rumah berantakan. satu tahun berlalu sejak "serah terima" tanggung jawab atas kamu, dari Ayahmu kepadaku, didepan penghulu, saksi dan tentu saja Tuhan. setahun sejak itu, begitu banyak hal-hal baru yang harus kita hadapi bersama. Bersama kita belajar menjalankan peran kita yang baru, sebagai suami dan istri. Jujur saja, untuku semua itu bukanlah perkara mudah. Tapi, kenyataanya kita bisa lalui satu tahu pertama dengan baik-baik saja, bahkan aku rasa dengan gemilang. semua itu tentu tidak akan terjadi, jika satu diantara kita tidak punya itikad dan harapan tentang apa yang kita yakini saat mengambil keputusan hidup bersama. Satu tahun berlalu, sepertinya masih terhitung sebentar dan perjalanan masih sangat jauh. Hanya saja, seribu langkah juga tetap diawali dengan satu langkah. Beryukur kita sudah lalui langkah-langkah kecil, ditahun pertama ini.
Satu tahun telah berlalu, mohon maaf sampai sejauh itu aku belum bisa menjadi suami yang baik untukmu. Masih sangat banyak hal yang harus aku lakukan, sampai aku bisa menjadi suami yang baik untukmu. sudah selayaknya aku mengucapkan terima kasih atas banyak hal, yang sudah kamu berikan untuku. Terima kasih, kamu sudah begitu percaya atas segala yang aku putuskan, dan mendukung setiap langkah yang aku jalani. Terima kasih, Kamu sudah banyak bersabar menghadapi apapun yang terjadi selama ini. Terima kasih untuk makan malam, sarapan dan kopi hitam yang kamu sajikan untuku. Terima kasih untuk baju bersih dan rapi yang kamu siapkan untuku. Terima kasih untuk kemauan kerasmu menahan emosi kepadaku, saat PMS datang.
Satu tahun telah berlalu. beruntungnya aku memiliki kamu sebagai istri. seorang yang begitu mengerti kehidupan suaminya. kamu mengijinkan aku untuk mendaki gunung, bahkan kini kamu mau diajak mendaki gunung. kamu mau menemani aku datang ke gigs underground, meski aku yakin kamu tidak begitu menikmatinya. Tidak jarang kamu menemani aku nonton pertandingan bola, meski juga aku yakin kamu ingin menonton tayangan lain. Kamu tidak pernah melarang aku masuk dalam aktivitas sosial, bahkan kamu yang selalu mengingatkan aku untuk tetap dalam aktivitas itu. beruntungnya aku, punya istri yang baik karena tidak pernah menyerabut suaminya dari dunia dan hobi lamanya.
Satu tahun telah berlalu. Masih panjang perjalanan yang harus kita tempuh, dan aku begitu percaya kita bisa melaluinya. aku begitu percaya.... Tinggal kita siapkan kembali semuanya, agar langkah di tahun kedua ini bisa menuju pencapaian yang lebih gemilang. Semoga kehadiran anak yang kita cita-citakan, selekasnya terwujud. tidak sabar rasanya ingin berdiskusi dengan anak, perihal hegemoni media dalam peta politik nasional, perihal musik sebagai media protes dan perlawanan. mungkin juga perihal jalur pendakian gunung di Indonesia, termasuk etnografi masyarakatnya. Pasti akan sangat menyenangkan.
Selamat hari ini, Istriku tercinta. mari kita lanjutkan melangkah, dan pastikan didepan ada kemenangan gemilang untuk kita. kalaupun dalam perjalanan itu, ada perbedaan sikap juga pandangan, dan membuat kita harus terlibat pertengkaran-pertengkaran kecil, percayalah akan selalu ada ciuman hangat setelah pertengkaran.
triardianto_danilhttp://www.blogger.com/profile/11101121253539770866noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2289263353700755756.post-27049691562059111722013-07-18T11:39:00.000-07:002013-07-18T11:40:01.630-07:00rindu kostrad 7C Ciumbuleuit<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhpSykue5pv6g4goG0LSg4ZMGxrTNZtbNZuFYusQmondTryfPwkPDE7uyPtYaElhmjsxbDPi0LrHUoqiXgooIDQ8Exf5VM4OLQBxk6L25hjDiSnm0IztDwT-h3L-6UIiwgSw3s8SK85eCFi/s1600/_MG_7811.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhpSykue5pv6g4goG0LSg4ZMGxrTNZtbNZuFYusQmondTryfPwkPDE7uyPtYaElhmjsxbDPi0LrHUoqiXgooIDQ8Exf5VM4OLQBxk6L25hjDiSnm0IztDwT-h3L-6UIiwgSw3s8SK85eCFi/s320/_MG_7811.jpg" /></a></div>
terasa cukup lama rasanya kita tidak bertemu, sejak foto itu dibuat. apa kabar kalian, penghuni kostrad Ciumbuleuit 7c semua? rindu rasanya bila lihat foto itu. rindu pada semua rasa dan warna yang pernah terukir disana. cukup untuk di ingat tentang dana revolusi, agenda makan malam, titip menitip jemuran dan tentu saja permainan kartu sampai pagi. semoga kita sehat saja, dan ada sedikit waktu untuk melepas rindu. triardianto_danilhttp://www.blogger.com/profile/11101121253539770866noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2289263353700755756.post-91442160750773272442013-07-18T11:28:00.001-07:002013-07-18T11:28:28.107-07:00Mahakarya Hector Malotbagi generasi yang tumbuh di era 90an, mungkin tidak akan lupa pada serial kartun Remi. tentang anak sebatang kara, yang harus menjalani hidup dramatis. lompat dari satu kesulitan, ke kesulitan yang lain. dibesarkan oleh Ibu Barberin si petani miskin, yang bersuamikan seorang tukang batu bernama tuan Jerome, di desa kecil bernama Chavanon. saat usia delapan tahun, Remi akhirnya tahu bahwa dia hanyalah anak pungut. Meski Nyonya Barberin tidak memberikan, Remi akan dikirim ke panti asuhan oleh tuan Jerome, karena dia merasa tidak mampu lagi untuk memberinya makan. kehendak berkata lain, tuan Jerome bertemu seorang tua yang menginginkan Remi. Dengan uang 40 Franc, akhirnya Remi dibawa oleh sang tua bernama Signor Vitalis, yang tidak lain adalah seorang pengusaha pertunjukan keliling. menyusuri kota-kota indah Perancis, bersama majikanna Signor Vitalis, tiga Anjing dan satu monyetnya. liku perjalanan panjang, yang pada akhirnya membawa dia pada takdir sejatinya. takdir bahwa Remi adalah anak yang dipaksa dewasa oleh situasi, Remi dicintai banyak orang, dan takdir bahwa dia adalah keturunan bangsawan kaya raya.
Serial kartun Remi adalah saduran dari novel legendaris, karya Hector Malot yang ditulis pada tahun 1878 dengan judul asli sans famille, dan diterjemahkan dalam bahasa Inggris dengan judul Nobodys Boy. Novel ini pula pernah di terjemahkan oleh Penulis besar Indonesia, Abdoel Moeis pada tahun 1922 dengan judul Sebatang Kara. sangat sepakat bila novel ini disebut sebagai karya besar, masterpiece dari penulisnya. membacanya, kita diseret pada realitas sebagian masyarakat Perancis di ujung abad 19 yang muram, menyedihkan dan tanpa harapan. setiap detail cerita, mampu membawa pembacanya pada dingin badai salju, harumnya hamparan padang rumput, kumuhnya sisi kota Paris, mimpi dan harapan yang tumbuh perlahan. tergambar pula, sebuah gambaran tentang kemiskinan yang menjadi akar masalah sosial lainnya. tidak hanya hal tersebut, dalam karya ini pula pembaca diajak untuk merenungkan kembali, tentang konsep keluarga, persahabatan dan cinta. sebuah karya besar yang layak untuk dibaca, ditengah keringnya bacaan berkualitas yang mampu membuat pembacanya belajar kembali konsep konsep hidup.
triardianto_danilhttp://www.blogger.com/profile/11101121253539770866noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2289263353700755756.post-52559667017700124122013-01-08T10:27:00.001-08:002013-01-08T10:27:51.043-08:00apa kabarApa kabar?
Untuk mengingatnya saja saya cukup bingung, terlampau lama semua ini terjadi. Entahlah saya terdampar di dimensi mana, entah di irisan waktu yang mana. Meski sadar kaki masih menginjak, nafas masih dihirup, tapi saya tercerabut dari dunia yang begitu saya cintai. Menulis dan membaca. Mungkin baiknya saya mulai dengan membuat pembenaran, atas kejahatan besar yang saya lakukan, meninggalkan buku dan melupakan menulis. Kesibukan dalam pencaharian adalah kambing hitam yang pertama. Beberapa waktu ini ada beberapa agenda besar yang ingin saya kerjakan, semuanya butuh sokongan dana yang tidak sedikit. Atas alasan itu, saya lebih banyak dedikasikan waktu, tenaga dan pikiran untuk bekerja, baik itu kerja regular ataupun sampingan disana sini. Agenda yang memadat itu, otomatis mendorong Mobilitas saya untuk tinggi juga. Tidak ada waktu yang tersisa untuk membaca, apalagi menulis. Semakin saja saya punya pembenaran atas kejahatan itu. Berikutnya, pembenaran kedua yang saya rasa lebih jujur, dan sepertinya bukan pembenaran, melainkan kebenaran. Diantara kesibukan bekerja, sebenarnya saya masih punya waktu. Meski tidak banyak, tapi cukup rasanya untuk membaca beberapa lembar, atau menulis untuk posting di blog. Atau, setidaknya bisa untuk menulis di buku agenda, yang [seharusnya] saya rasa tidak akan ribet dilakukan dimana saja. Kenyataanya, saya lebih suka memainkan ponsel pintar, berselancar di dnuia maya. Bukan berselancar mencari bacaan, atau mengakses informasi berita, tapi asyik di sosial media. Hmmm... di sosial media sebenarnya saya menulis dan membaca, hanya saja yang saya baca adalah kicauan orang dalam 140 karater, dan yang saya tulis tidak lain komentar atas kicauan itu. Ironisnya lagi, hal itu saya lakukan cukup sering untuk waktu yang cukup lama. Sungguh mengasyikan ada di dunia maya itu, menjadi insan yang hyper komunikatif, ekstra eksistensialis dan tentu saja terjauh dari realitas. Saat ini, saya bersusah payah untuk menyelesaikan tulisan singkat ini. Saya lupa tata bahasa yang baik dan benar, saya lupa bagaimana bercerita dalam tulisan, dan saya lupa juga bagaimana membuat alur tulisan. Meski demikian, saya tidak merasa menyesal atas kejahatan itu, toh akhirnya saya belajar memahami satu pertanyaan yang pernah muncul dalam benak saya, kenapa orang suka berlama di dunia maya dan meninggalkan buku. Saya rasa tulisan ini cukup pajang untuk posting di blog, semoga besok lusa saya sudah ingat lagi cara membaca dan menulis.
awal januari 2013 ketika malam tidak lagi sendiritriardianto_danilhttp://www.blogger.com/profile/11101121253539770866noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2289263353700755756.post-79964250989284239002012-02-28T10:50:00.000-08:002012-02-28T10:55:30.308-08:00Beriklan dimana saja, asal...Sudah cukup lama tidak ikut mimbar jumat di mesjid yang dekat dengan pondokan, biasanya saat salat jumat datang, aku masih di tempat bekerja atau dijalan menuju suatu tempat. Hari jumat ini, agendaku bermalas-malasan di pondokan setelah beberapa hari beraktivitas tanpa jeda. Karena telat sampai mesjid, sudah otomatis tidak akan kebagian tempat didalam mesjid, terpaksa harus berdiri dahulu sampai panggilan sholat datang. Tempat sholat diluar mesjid, tidak lain adalah jalan komplek yang konturnya menanjak. Disana sudah banyak orang yang nasibnya sama denganku, semuanya membawa sajadah untuk alas. Dengan kondisi tempat sholat yang telah aku ceritakan diatas, dengan tambahan cuaca yang panas terik, Saat sholat aku tidak bisa khusu mengikuti bacaan imam.Dalam ketidak khusuan itu mataku jelalatan memperhatikan apapun yang tampak di sekitar. Diantara banyak yang aku lihat, mataku berhenti pada ujung sajadah jamaah yang sholat tepat dihadapanku.Sebuah sajadah dengan dominasi warna merah, motif mesjid seperti sajadah kebanyakan, hanya saja dengan tambahan patches atau emblem berwarna kuning hijau, yang terletak di ujung bawah sajadah. Pachesitutidaklain branding sebuahmerek provider, dengan tulisan “sahabat esia 1430 H”.kaget rasanya mendapati hal tersebut, hal yang awalnya aku rasa tidak mungkin dilakukan oleh advertiser dimanapun. Benar bila periklanan terus bertransformasi dalam penggunaan media untukmenyampaikanpesan kepada sasaran, hanya saja aku tidak menyangka media yang digunakan adalah alat peribadahan.Menggunakan media seperti ini ,aku yakini juga pasti sudah terlintas di benak para advertiser di beberapa decade lalu, hanya saja para advertiser masih punya akal sehat dan bersikap arif. Bila hari ini aku bias menyaksikankelangkapan ibadah dijadikan media beriklan, apakah wajar bila aku khawatir esok atau lusa tempat ibadah yang di branding?! Semogalahketakutan itu tidak pernah terjadi.<br /> Jumat yang seharusnya skhusu, 13 mei 2011triardianto_danilhttp://www.blogger.com/profile/11101121253539770866noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2289263353700755756.post-33244100105479767262012-02-28T10:43:00.002-08:002012-02-28T10:49:13.960-08:00sebelum terlelapbeberapa waktu terakhir ini saya begitu menikmati setiap hari yang dilalui, setiap hari itu terasa lebih berwarna dan berasa. beberapa waktu ini memang waktu yang saya miliki dihabiskan dalam perjalanan menuju beberapa kota untuk kepentingan pekerjaan. sungguh, untuk kesekian kalinya saya akan mengatakan, betapa saya mencintai perjalanan. seakan melupakan tujuan apapun atas perjalanan yang ditempuh, saya lebih senang ketika dalam perjalanan. perjalanan terakhir yang membawa saya sampai dikota ini, meski belum tidur semalaman, saya tidak tertarik untuk tidur selama perjalanan. terlalu indah untuk tidak dinikmati, terlalu singkat perjalanan yang harus ditempuh, tidak rela untuk dilewati. akh... sungguh berkah untuku mendapati diri ada dalam lingkaran pencaharian seperti ini. terima kasih Tuhan, untuk segal warna ini.triardianto_danilhttp://www.blogger.com/profile/11101121253539770866noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2289263353700755756.post-40125280810121674332012-02-28T10:35:00.002-08:002012-02-28T10:39:37.692-08:00pertemuan terakhirHari ini langit begitu cerah, seperti kamis-kamis yang lain, semoga saja sore tidak turun hujan seperti kamis-kamis yang lain pula. Jam sudah menunjukan pukul 13.47 sudah saatnya aku berbenah dan mempersiapkan kebutuhan yang akan aku bawa kekampus. Tidak terasa satu semester sudah aku mengabdi menjadi dosen paruh waktu, di universitas BinaSaranaInformatika.Semuanya berjalan mengalir tanpa ada kendala berarti, darisekitar 12 pertemuan, seingatkuhanyasatu kali akutidakhadir, sisanyaaku dating meskiperkuliahantidakselaludilaksanakan di kelas. Akubegitumenikmatiaktivitasbarutersebut, sungguhmenikmatimalahan, karenadalamaktivitastersebutseakan-akanakumenemukankembalidunia yang pernahhilang.Bergelutkembalidengan literature, membangunwacana-wacana ideal meskiterkadang utopian, dan yang paling pentingadalahaktivitasitumembuatkumerasakembalipulangkeduniakampus yang akucintai. Tidak terasa juga sore ini adalah pertemuan kuliah yang terakhir dengan kelasku, minggu depan sudah masuk minggu tenang dan ujian akhir semester. Ada perasaananeh yang menyelinap dalam relung, mengacaukan saraf motorik saat aku ucapkan salam perpisahan sore itu. Entahlah kenapa demikian, yang pasti rasanya sore itu aku akan kehilangan dunia yang begitu aku cintai dan tidak mungkin aku peroleh kembali. Rasanya belum cukup untuku berbagi dengan kawan-kawan baruku dikelas, belum puas rasanya aku “bercermin” pada mereka, belum tuntas rasanya agendaku belajar banyak hal dari mereka. Semogalah rasa kehilangan ini hanya aku yang rasakan, dan semoga pula semua itu salah.Semoga selalu ada celah untuk kita berbagi cerita dan saling mewarnai.<br /> Kamis, yang tidak aku ingat betul kapan tanggal pastinyatriardianto_danilhttp://www.blogger.com/profile/11101121253539770866noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2289263353700755756.post-29353907548670180722012-02-28T10:35:00.001-08:002012-02-28T10:35:46.129-08:00pada akhirnyaKeringat dingin sudah mulai turun, panas suhu badan terasa lebih hangat dari biasanya, dan mata ini terasa lebih berat untuk aku buka. Bertahanlah, sebentar lagi semuanya selesai, setelah semua ini selesai, tidak ada alasan lain untuk menunda liburan. Begitulah gumamku menanamkan sugest positif pada diriku sendiri, ketika mendapati diri ini lelah dalam aktivitas yang panjang. Sepuluh naskah iklan harus selesai , dua perencanaan strategi komunikasi juga harus selesai dan beberapa kerjaan kecil lainnya juga harus diselsaikan dalam waktu hitungan hari. Sedari dulu aku begitu menikmati pencaharianku seperti itu, tidak ada jam kerja dan bisa dilakukan dimana saja. menyenangkan rasanya disaat orang bekerja, aku bisa menikmati hari kerja dengan berleha-leha, meski tidak jarang juga aku harus lupakan hari libur dengan terus bekerja ketika orang kebanyakan menikmati hari liburnya. Tanpa disadari sebuah pola terbentuk dengan sendirinya, mulai dari pola tidur, pola makan sampai pola berinteraksi semuanya tidak biasa. Aku baru bisa tidur saat jam menunjukan pukul 5-6 pagi, tentu saja bangun siang. Tidak pernah menikmati sarapan pagi, yang ada sarapan siang. Interaksi dengan orang cukup jarang dilakukan, terkecuali dengan orang-orang yang sejenis denganku. Ketika orang lain bekerja, aku sedang santai dan sebaliknya ketika orang melepas lelah sepulang kerja, kemungkinan besar aku sedang beraktivitas. Akhir-akhir ini akju merasa lelah dengan aktivitas pencaharianku itu, aku mulai tidak menikmatinya. Ingin rasanya mencoba menjalani pencaharian seperti orang kebanyakan, ada jam kerja dan ada hari libur. Hidup normatif, mengawali pagidengan sarapan, lalui hari dengan bekerja dan tentu saja menikmati pulang kerja saat sore datang. Harus kumulai dari mana semua itu, mungkin esok atau lusa keinginanku semakin kuat, semogalah aku mendapatkan kesempatan untuk mencobanya. Andai saja aku tidak bisa menikmati pola baru itu, tidak ada alasan untuku kembali mencintai pola yang sekarang aku jalani.<br /> Saatsemuanyaterasastatis, 7 september 2011triardianto_danilhttp://www.blogger.com/profile/11101121253539770866noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2289263353700755756.post-10292270800913895432012-02-28T10:34:00.000-08:002012-02-28T10:35:05.523-08:00Perangi dominasiEntah karena sebab apa, malam ini terasa lebih panjang dan hangat, namun tidak melelahkan. Padahal seharian ini agendaku cukup padat, ditambah dengan agenda kurang tidur pada malam sebelumnya. Saat kutulis cerita ini, pertandingan final piala Champions sedang berlangsung, menit ke 64 dengan skor 2-1 untuk kemenangan Barcelona. Akhirnya aku putuskan untuk nonton dikostan saja, padahal sedari siang sudah direncanakan untuk nonton bareng dengan kawanan, hanya saja tersiar kabar tempat-tempat tersebut penuh sesak, bahkan parkiranpun penuh. Komposisi penonton dikostan tidak berimbang, satu orang pendukung Manchaster dan empat orang lainya adalah penonton yang “dipaksa” mendukung Barca karena alasan-alasan tertentu. sedangkan aku tidak punya lasan untuk mendukung atau sekedar menyukaiManchaster United ataupun Barcelona, karena aku tidak menyukai dominasi. Berasa menjadi supporter standar yang baru itungan hari menyukai sepak bola, jika mendukung tim besar. Seakan tidak ada semangat berjuangnya, karena diatas kertas tim itu selalu diunggulkan. Owh tunggu duluuu, sepertinya Barca kembali menciptakan goal, skor sekarang 3-1, semakin sulit untuk Manchaster medapatkan peluang menang.Semua penghuni kostan, terkecuali pendukung Manchaster, Tepuk tangan meriah sambil berdiri, terkembang senyum di wajahnya. Aku sendiri? Tim manapun yang kalah atau menang, aku tidak punya kepentingan, lebih menyenangkan melanjutkan menulis. <br />Dan akhirnya drama 93 menit berakhir sudah, Barcelona mengukuhkan dirinya sebagai juara liga Champions tahun ini, selebrasi dimulai dengan gegap gempita. “apapun yang terjadi malam ini, percayalah semua itu sangat menyenangkan dan membuat tidur nyenyak.Selamat untuk para pecinta Barca, dan pembenci Manchaster. Buat pendukung Manchaster, sing sabaaaaar”, seperti itulah pesan singkat yang aku kirim ke beberapa kawan pecinta bola. Dan sepertinya Pesan singkat itu, akhir dar drama malam yang panjang namun tetap menyenangkan.<br />Ciumbuleuit , 29 juni 2011 saat pagi yang cerah menyapaku.triardianto_danilhttp://www.blogger.com/profile/11101121253539770866noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2289263353700755756.post-86373413965125205512012-02-28T10:33:00.001-08:002012-02-28T10:33:56.461-08:00Dasidanceritabaru“ sebisa mungkin dalam hidupmu jangan hanya satu kali, saat menikah saja kamu memakai dasi” , begitulah kiranya penggalan kelakar yang diceritakan seorang kawan kuliahku, saat dia pulang kampung dan berbincang dengan ayahnya. Aku faham betul maksudnya, kawanku diminta cepat bereskan kuliahnya, dengan menyelesaikan skripsi serta melaju ke meja sidang. pada bagian sidang skripsi itulah inti pesan yang disiratkan sang ayah. Dikampusku atau mungkin disemua kampus, ada ketentuan setiap peserta sidang skripsi harus mengenakan pakaian rapi, lengkap dengan dasi. Jadi sang ayah ingin melihat kawanku mengenakan dasi sebelum kawanku meinkah. Akh... sungguh bijak bahasa yang dipilih sang ayah itu, akupun merasa terinspirasi dengan kelakar itu. Kini, aku sudah menjadi sarjana, tentu saja aku sudah pernah mengenakan dasi saat sidang skripsi. Setelah ituAku tidak pernah lagi mengenakan dasi, karena memang pencaharianku bukan di sektor formal yang mengharuskan berpakaian rapi, dalam hal ini mengenakan dasi.Selainitu, sedariduluakumemangtidaktertarikdantidaknyamanbilaharusberpakaianrapi. Meski demikian, Aku percaya, suatu hari nanti, selain saat aku menikah, aku pasti bertemu dengan kesempatan yang mengharuskan aku memakai dasi. Hingga saat itu tiba, akan aku gantungkan dasi-dasi itu ditempatnya,menungguwaktutampiltiba.<br />Itu cerita beberapa bulan silam, karena hari ini aku harus tersenyum geli rutin satu kali dalam seminggu. Ya, aku tersenyum geli melihat diri sendiri berpakaian rapi dengan dasi, selalu demikian setiap hari kamis, tepatketikaakudapatkanjadwalmengampu di jurusanilmukomunikasikampusbsi. Satulagihal yang akuyakinipadaakhirnyabertepi.<br />Ruang keluarga yang hangat ketika semua penghuni asyikdengan dunianya. 29 April 2011triardianto_danilhttp://www.blogger.com/profile/11101121253539770866noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2289263353700755756.post-83627201444776549842012-02-28T10:31:00.000-08:002012-02-28T10:32:31.049-08:00ada yang salah dengan semua iniKetika ada orang bertanya tentang suatu hal, seketika itu pula aku ingin menjawabnya selengkap dan secepat mungkin, wal hasil bahasaku ngejelimet, tidak terstruktur, tergesa-gesa dan artikulasi yang buruk. Tentu saja membuat lawan bicaraku mengerinyitkan dahi ptanda kurang mengerti, dan tentu pula membuatku harus mengulang secara perlahan. Tindakan komunikasi yang tidak efektif menurutku, tidak efisien dan bodoh. Entah kapan mulainya, tapi aku baru sadar beberapa bulan terakhir ini. Pasti ada yang salah dengan semua ini, kenapa bisa aku menjadi demikian, padahal sebelumnya aku cukup sistematis dalam berpikir dan berucap. Aku masih meyakini pola demikian disebut pola reaksioner yang dulu sempat aku miliki namun hilang perlahan setelah aku lakukan terapi teratur. Aku tdiak suak menjadi orang reaksioner demikian, aku ingin menjadi orang yang tertib dan teratur. Aku coba runut beberapa kejadian yang mungkin menjadi penyebab semua ini, dan ternyata memang sangat wajar jika keadaanku kini reaksioner. Pertama, aku tidak memiliki ruang diskusi yang biasanya aku jadikan tempat beradu argumen dan melatih pola pikir. Berikutnya aku kehilangan waktu untuk menjalankan hobi lamaku, yaitu membaca. Dengan membaca, aku sudah belajar untuk bijak dan tidak mudah untuk menyimpulkan, belajar untuk berpikir cepat dan cerdas, belajar untuk menuntaskan sesuatu sebelum melangkah ke hal yang lain. Selain itu, saat ini ruang eksistensiku tidak sebesar dahulu. Kini aku tinggal di panggung kecil dengan imajinasi besar. Analoginya, ketika sakit kita harus jujur akan penyakit itu, agar bisa segera disembuhkan. Sekarang aku jujur pada sakitku, sudah tentu aku akan mencari obat untuk sakit itu. Semoga saja segala yang bhilang itu bisa aku raih kembali, aku tidak ingin emnajdi orang reaksioner lagi. <br /> Saat konsentrasi yang aku butuhkan. Senin 6 juni 2011triardianto_danilhttp://www.blogger.com/profile/11101121253539770866noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2289263353700755756.post-43008024280750629892012-02-28T10:23:00.001-08:002012-02-28T10:28:19.635-08:00sahabat dan paradigma baruMemanggil memori<br />Satu minggu sudah kamar tidurku tertata cukup rapi, satu minggu pula kamar tidurku bebas dari asap rokok. Segar aroma pengharum ruangan kini menggantikan bau rokok, yang biasanya menempel kuat di goden dan dinding ruangan. Aku sangat menikmatinya, meski aku tidak begitu yakin semua ini akan bertahan lama, setidaknya karena ini bukan kali pertama aku coba untuk berusaha bersih, dan berakhir dengan acak-acakan kembali. Dikamarku kini dengan mudah aku bisa temukan buku-buku, dokumen, pakaian, atau barang lainnya. Semua tersimpan pada tempatnya, tertata dengan rapi dan lebih terjaga dari debu dan tumpahan kopi. Keadaan kamar yang bersih dan rapi tersebut, ternyata mampu membawaku menerawang jauh kedalam cerita yang tersirat dalam barang-barangku. Mulai kutengok deretan buku, ternyata cukup banyak koleksi buku yang antah berantah keberadaannya, beberapa buku yang masih disegel dan belum sempat aku baca, beberapa buku dengan pembatas yang artinya yang belum tuntas aku baca. Dari tiga hal saja yang berkaitan dengan buku, muncul pertanyaan kenapa bisa aku lengah perhatikan buku? Kenapa bisa aku beli buku tanpa langsung membacanya? Dan kenapa juga ada buku yang belum tuntas aku baca?, padahal biasanya jika belum tuntas aku baca, pasti aku simpan dalam tas biasa, agar selalu aku bawa kemanapun. Tumpukan pakaian dalam lemari dan yang tertumpuk di pojok kamar mulai kuperhatikan, disana ku temukan beberapa potong pakaian baru, beberapa diantaranya kaos oblong dengan gambar bunaken, pinisi, samarinda dan lombok. Akh... aku mulai bertanya kapan baju-baju ini aku miliki? Dan atau jika diantara baju itu adalah pemberian orang, siapa pula orang yang memberikannya?<br />Masih banyak barang lainya yang belum ingin aku lihat, hanya dari beberapa item saja kepalaku cukup sesak oleh pertanyaan, apa yang terjadi denganku ini, mengapa aku jadi pelupa? Mengapa pula aku kurang peduli pada barang-barang berharga yang aku miliki? Terlampau banyak agendakah yang menyita waktu dan pikiranku? Atau terlalu banyak agenda sosial yang memusingkanku, hingga aku tuidak peduli lagi pada miliku sendiri? Atau..... Sudahlah... aku belum ingin menjawab semua tanya itu, secangkir kopi dan beberapa batang rokok mungkin bisa membuatku lebih santai, semoga keruhnya kopi hitam mampu menjernihkan pikiranku.Akhirnya bangku di taman belakang menjadi pilihanku untuk menikmati secangkir kopi dan rokok itu, saat senja mulai menyapa, disanapula aku larut dalam perenungan itu.<br /><br />Ciumbuleuit, saat hari terasa lebih panjang dari biasanya. 20 April 2011triardianto_danilhttp://www.blogger.com/profile/11101121253539770866noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2289263353700755756.post-28399846296033428642012-02-28T10:23:00.000-08:002012-02-28T10:28:07.102-08:00sahabat dan paradigma baruMemanggil memori<br />Satu minggu sudah kamar tidurku tertata cukup rapi, satu minggu pula kamar tidurku bebas dari asap rokok. Segar aroma pengharum ruangan kini menggantikan bau rokok, yang biasanya menempel kuat di goden dan dinding ruangan. Aku sangat menikmatinya, meski aku tidak begitu yakin semua ini akan bertahan lama, setidaknya karena ini bukan kali pertama aku coba untuk berusaha bersih, dan berakhir dengan acak-acakan kembali. Dikamarku kini dengan mudah aku bisa temukan buku-buku, dokumen, pakaian, atau barang lainnya. Semua tersimpan pada tempatnya, tertata dengan rapi dan lebih terjaga dari debu dan tumpahan kopi. Keadaan kamar yang bersih dan rapi tersebut, ternyata mampu membawaku menerawang jauh kedalam cerita yang tersirat dalam barang-barangku. Mulai kutengok deretan buku, ternyata cukup banyak koleksi buku yang antah berantah keberadaannya, beberapa buku yang masih disegel dan belum sempat aku baca, beberapa buku dengan pembatas yang artinya yang belum tuntas aku baca. Dari tiga hal saja yang berkaitan dengan buku, muncul pertanyaan kenapa bisa aku lengah perhatikan buku? Kenapa bisa aku beli buku tanpa langsung membacanya? Dan kenapa juga ada buku yang belum tuntas aku baca?, padahal biasanya jika belum tuntas aku baca, pasti aku simpan dalam tas biasa, agar selalu aku bawa kemanapun. Tumpukan pakaian dalam lemari dan yang tertumpuk di pojok kamar mulai kuperhatikan, disana ku temukan beberapa potong pakaian baru, beberapa diantaranya kaos oblong dengan gambar bunaken, pinisi, samarinda dan lombok. Akh... aku mulai bertanya kapan baju-baju ini aku miliki? Dan atau jika diantara baju itu adalah pemberian orang, siapa pula orang yang memberikannya?<br />Masih banyak barang lainya yang belum ingin aku lihat, hanya dari beberapa item saja kepalaku cukup sesak oleh pertanyaan, apa yang terjadi denganku ini, mengapa aku jadi pelupa? Mengapa pula aku kurang peduli pada barang-barang berharga yang aku miliki? Terlampau banyak agendakah yang menyita waktu dan pikiranku? Atau terlalu banyak agenda sosial yang memusingkanku, hingga aku tuidak peduli lagi pada miliku sendiri? Atau..... Sudahlah... aku belum ingin menjawab semua tanya itu, secangkir kopi dan beberapa batang rokok mungkin bisa membuatku lebih santai, semoga keruhnya kopi hitam mampu menjernihkan pikiranku.Akhirnya bangku di taman belakang menjadi pilihanku untuk menikmati secangkir kopi dan rokok itu, saat senja mulai menyapa, disanapula aku larut dalam perenungan itu.<br /><br />Ciumbuleuit, saat hari terasa lebih panjang dari biasanya. 20 April 2011triardianto_danilhttp://www.blogger.com/profile/11101121253539770866noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2289263353700755756.post-14211638931170946532011-01-30T21:32:00.001-08:002011-01-30T21:32:55.259-08:00Garuda tetap didadakuGaruda di dadaku, garuda kebanggaanku…. Begitulah penggalan lirik lagu yang dipolulerkan oleh group music Netral, yang kahir-akhir ini begitu sering kudengar. Meskipun itu bukanlah lagu baru, tapi hari ini seakan menjadi lagu wajib yang harus dihafal dan dinyanyikan oleh semua kalangan masyarakat negeri ini. Dari mulai para penonton di triun stadion, anak-anak kecil di kampong, pengamen diperempatan jalan, artis-artis dalam berbagai tayangan televise, sampai pejabat tidak ketinggalan menyanyikan lagu tersebut. Ya, lagu itu seakan menjadi pemersatu bagi bangsa yang sedang dilanda euphoria ini, sebuah mabuk bersama dalam kebahagiaan dan kebanggaan memiliki tim sepak bola, yang permainannya mengagumkan di ajang piala Suzuki AFF 2010. Meskipun pada akhirnya timnas Indonesia kalah oleh Malaysia pada putaran final, tidak menjadi alas an untuk penghuni bangsa ini berhenti menyanyikan lagu itu, atau setidaknya memelankan volume saat menyanyikannya, tapi sebaliknya lagu itu tetap dinyanyikan, malah dengan nada semakin lantang. Biarkanlah tetap seperti itu, lagu itu tetap dinyanyikan dan menyalakan kembali rasa cinta pada negeri ini tumbuh semakin besar di benak setiap warga negaranya. Pada kenyataannya kita bias melupakan berbagai perbedaan yang selama ini menjadi pemicu gesekan diantara kita, ternyata kita masih memiliki rasa cinta itu. Moment ini harus terus dijaga dan kita jadikan agenda konsolidasi, untuk langkah bangsa selanjutnya. Bagaimanapun juga, dari moment ini kita bias ambil sebuah bukti bahwa nasionalisme bias tumbuh dan berkembang bukan hanya di ruang kelas saat kita mengikuti penataran P4, tapi juga bias dari lapangan hijau. biarlah Malaysia membawa pulang piala, kita disini mendapatkan hal yang lebih berharga dari pada piala itu, yaitu sebuah rasa cinta pada Indonesia. <br /> <br />29 desember 2010, saat senyum ramah terkembang dari wajah-wajah gelisah.triardianto_danilhttp://www.blogger.com/profile/11101121253539770866noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2289263353700755756.post-28867568806159534742011-01-30T21:30:00.000-08:002011-01-30T21:31:54.655-08:00Dimataku, Ayam penyet itu hilang harga dirinya.Perlu diketahui, aku bukanlah pecinta makanan pedas. Untuku, adalah aneh mengatakan makanan pedas itu adalah enak dan lezat, aku menganggap makanan pedas itu adalah penyiksaan dalam agenda menyakiti diri sendiri. Keputusanku untuk tidak menyukai makanan pedas, tentu saja tidak mucul begitu saja, melainkan hasil pergulatan panjang departemen lidah dan pencernaan, menjajali berbagai menu pedas dari satu menu ke menu yang lain. Salah satu makanan pedas yang pernah mampir di mulutku, adalah menu ayam dan terong penyet yang dijual tidak jauh dari pondokanku. Keterpaksaan-lah yang membuatku akhirnya mengkonsumsi menu itu, terpaksa karena tidak ada menu lain, terpaksa karena itu tempat makan terdekat dan terpaksa karena tubuhku butuh asupan makan. Ternyata keterpaksaan itu tidak hanya terjadi sekali, tapi berulang dengan alas an yang sama.dari sekian keterpaksaan itu percaya atau tidak, aku tidak pernah mampu menghabiskan satu porsi menu, Aku tidak bias menikmatinya, rasa pedas ayam dan terong penyet sepertinya masih saja menjadi terror. <br />Suatu malam yang begitu cerah dan hangat, dalam perjalanan pulang dari aktivitas, sengaja ku mampir di warung nasi untuk beli makan malam, pikirku pasti akan malas keluar jika sudah sampai pondokan. Saat di warung penjual nasi jereng kiri*, aku urungkan untuk beli menu biasa itu, tiba-tiba aku berpikir menu lain, ya… ayam dan terong penyet pedas itu. Untuk kali pertama rasanya, aku membeli menu ayam dan terong penyet itu tanpa merasa terpaksa, begitu ikhlas rasanya. Hidangan sudah tersedia, segera saja kulahap menu ayam dan terong penyet pedas itu, tidak ketinggalan satu gelas the manis panas yang kusiapkan jika kepedasan. Ironis namanya, hingga suap terakhir aku tidak merasa sedikitpun kepedasan oleh menu tersebut, the manis panas-pun tidak begitu berguna. Aku tertawa puas, bias menuntaskan makan malam menu terseut tanpa merasa tersiksa. Apakah karena aku mulai menikmati makanan pedas? Apakah aku mulai suka?. Tentu saja jawabanya bukan karena itu, melainkan karena ayam dan terong penyet itu tidaklah sepedas dahulu, meski warnanya merah dan namanya tetap penyet. Sepertinya karena kenaikan harga cabe yang tajam, membuat penjualnya harus mengurangi volume cabe dan memperbanyak gula dan tomat. Imbasnya, menu itu tetap menyandang nama besar penyet yang terkenal pedas itu, namun rasanya jauh dari predikat besarnya. Sungguh, dimataku ayam penyet itu kehilangan harga dirinya. <br /><br />Ciumbuleuit, 2 januari 2011, saat langit begitu cerah penuh harapan.triardianto_danilhttp://www.blogger.com/profile/11101121253539770866noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2289263353700755756.post-25427429211265789772011-01-30T21:28:00.000-08:002011-01-30T21:30:46.013-08:00memoar akhir tahun“Bersyukur bisa lalui tahun 2010, tanpa percobaan bunuh diri satu kali-pun”, begitulah kalimat yang kujadikan status di jejaringsosial facebook, hari terakhir tahun 2010 ini. Mungkin terdengar cukup bodoh dan putus asa, percayalah kalmat itu lahir setelah melalui pertarungan yang sengit dalam benak, antara aku dan saya. Beberapa hari di penghujung desember ini, sengaja kuluangkan waktu cukup panjang untuk membuat review segala sesuatu yang terjadi selama tahun ini, banyak hal besar menyenangkan kudapatkan, Tidak sedikit pula kejadian memilukan yang telah kulalui dan aku syukuri pula. Sedih rasanya harus memberikan predikat tahun terberat untuk tahun 2010 yang akan segera berlalu ini, hanya saja tetap harus aku lakukan, karena memang demikian kenyataannya, karena pada kenyataanya memang rangkaian cerita pedih dan memilukan yang lebih banyak mendominasi hari di tahun 2010 ini. Pemberian predikat tahun terberat, semata-mata sekedar monument kecil tentang rangkaian kepedihan untuk pengingat di langkah berikutnya. “harapan” adalah konsep yang selalu aku sukai, apalagi dalam situasi-situasi seperti ini. Dalam tunduk ini, kusisipkan doa dan harapan tentang esok yang semoga lebih baik dan semoga selalu menyenagkan. <br />Ciumbuleuit, 31 desember 2010, saat senja tidak cukup cantik datang menghampiritriardianto_danilhttp://www.blogger.com/profile/11101121253539770866noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2289263353700755756.post-84365629966301686632010-10-27T01:35:00.001-07:002010-10-27T01:35:21.267-07:00Episode panjang itu berakhir“Semuanya belum berakhir, masih tersisa lintasan lain untuk dijalani, setidaknya satu etape panjang dan cukup melelahkan telah diselesaikan. Akhirnya... kuraih juga gelar sarjana ilmu komunikasi, setelah hampir delapan tahun kulalui prosesnya. Hampir delapan tahun tentu saja ukuran waktu yang “fantastis”, untuk mendapatkan gelar sarjana tersebut, mengingat begitu banyak kawan yang bisa lulus dalam hitungan jauh dibawah itu. Meski demikian, ada beberapa orang kawanku yang membutuhkan waktu lebih lama dari yang telah kuambil tersebut, untuk menyelesaikan kuliahnya.” <br />Begitulah gumamku dalam hati, sesaat setelah bunyi gong ditabuh oleh protokoler, menandakan prosesi wisuda untuk fakultas ilmu komunikasi dimulai. Satu persatu nama wisudawan dan wisudawati dipanggil protokoler, untuk naik ke podium dan menerima map ijazah dari Dekan dan ucapan selamat dari Rektor. Sambil menunggu giliran namaku dipanggil, kuperhatikan semua nama dan wajah orang yang dipanggil. Setiap orang yang naik podium wajahnya terlihat sumringah, aku bisa melihatnya dari layar besar yang ditempatkan di dua sisi podium. Akh... begitu banyak orang yang aku kenal, mereka teman satu angkatan dan tentu saja adik angkatan. Tidak ada satupun kakak angkatan, karena memang aku angkatan palling tua dikampus. Aku dan sekitar dua ratus orang yang wisuda hari itu adalah angkatan cuci gudang, atau hanya diberikan pilihan lulus, drop out atau mengundurkan diri, karena masa studi yang sudah mencapai batas akhir dari yang diberikan oleh kampus. Giliranku tiba, setelah kudengarkan namaku disebut oleh protokoler, dengan pasti kulangkahkan kaki menuju meja dekan untuk mengambil map ijazah dan di meja berikutnya kudapatkan ucapan selamat dari Rektor. <br />Begitulah akhir dari episode panjang bernama kuliahku, tidak se dramatis yang kubayangkan tapi sangat berkesan untuk dikenang. Oom dan tante beserta kedua anaknya, beberapa kerabat dan tentu saja kekasih yang datang mendampingi wisudaku cukup membuatku berbahagia saat itu, semakin meyakinkan bahwa aku memang tidak sendirian. Diantara kebahagiaanku itu, tetes air mata tidak bisa aku cegah untuk jatuh. Aku merindukan ibu tercinta disurga, yang meninggal tepat ketika aku di terima di kampus ini. Satu motivasi besar untuku hingga bisa menyelesaikan kuliah ini, adalah keinginan ibuku memiliki anak kuliah di Universitas Padjadjaran. Telah aku tunaikan, semoga Ibu berbahagia.<br /><br />Graha sanusi, Universitas Padjadjaran, 25 Agustus 2010triardianto_danilhttp://www.blogger.com/profile/11101121253539770866noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-2289263353700755756.post-68847082055852135792010-10-27T01:34:00.003-07:002010-10-27T01:34:57.610-07:00Pesan singkat menjelang puasaPuasa tahun ini, untuku terasa tidak begitu istimewa. menjelang hari pelaksanaan aku masih menjalankan rutinitas seperti biasanya, tidak kubuat persiapan seperti tahun-tahun sebelumnya, seperti rencana tempat sahur, silaturahmi kepada keluarga yang di luar kota dan ziarah ke makam ibunda tercinta. Seperti biasanya menjelang puasa, teman dan sodaraku mengirimkan pesan singkat yang berisi permohonan maaf dan ucapan selamat menunaikan ibadah puasa, Yang membedakan dari pesan singkat yang lainnya adalah, beberapa kerabatku mengirimkan pesan singkat dengan tema yang sama namun dengan pengemasan yang berbeda. Aroma curhat asmara begitu kuat terasa dalam beberapa pesan singkat tersebut, semisal pesan singkat dari seorang kerabat yang biasanya kupanggil Axl dan umar perez. <br />+628562087XXX Axl<br />Sehari lg, smoga bulan puasa tahun ini adalah kawah cadradimuka yang mnjadikan kita semakin “bijak”.. menjadi lebih dekat dengan’NYA.. dan dirinya.. Amien..<br />+628562348XXX Umar<br />Umar.Perez : Selamat berpuasa..semoga saja, menamatkan semua puasa di tahun ini lebih menyenangkan dari mendapatkan wanita itu.. amien..<br />+628562087XXX Axl<br />Alhamdulillah, Berakhir sudah gelaran puasa perdana, teriring sebuah doa semoga disaat dia berbuka puasa, turut berbuka pula hatinya tuk menerima kembali.. Amien. <br />+628562348XXX Umar<br />Pengalaman menunggunya bertahun2 membuatku cukup mudah menunggu waktu berbuka yang hanya kurang lebih 14 jamsaja setelah imsyak.. selamat berbuka.<br /><br /> Setelah membaca pesan singkat tersebut, aku berasa punya kewajiban untuk membalasnya dengan turut serta larut dalam cerita tersebut, meskipun saking dalamnya setiap kata dalam pesan singkat itu, aku hanya bisa jawab Amieen.... terima kasih kerabatku, sungguh pesan singkat yang kalian kirim tersebut membuatku bergairah menjalankan puasa. Semoga setiap doa yang tersirat dalam pesan singkat itu, dijawab oleh Tuhan. Amien...triardianto_danilhttp://www.blogger.com/profile/11101121253539770866noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2289263353700755756.post-71841537996614939422010-10-27T01:34:00.001-07:002010-10-27T01:34:34.099-07:00Pagi tanpa senyumJam digital di layar ponselku menunjukan pukul 05.40, saatnya bangun dan menikmati kembali drama pagi yang menggairahkan. Saatnya keluar dari kamar dan lakukan ritual pagi, semoga saja ada penghuni lain yang sudah bangun, mungkin mereka bisa kuajak jalan kaki ke warung nasi kuning depan komplek. Kenyataan berkata lain, ternyata aku penghuni pertama yang bangun pagi ini, sisanya masih menikmati atmosfir akhir pekan yang diklaim memberikan kebebasan untuk bangun siang, tanpa harus merasa bersalah juga berdosa. Sudahlah kuurungkan saja niatku sarapan nasi kuning, pagi ini cukup kopi hitam yang pekat dan beberapa batang rokok saja.<br /> Secangkir kopi panas terhidang didepanku kini, menemaniku menyaksikan berbagai berita di televisi yang sepertinya masih enggan memberikan kabar baik. Sebatang rokok terselip diantara dua jari tangan kiri sedari tadi belum kusulut, tidak kutemukan satupun korek api di sekitarku. Terpaksa kulangkahkan kaki menuju dapur, bersyukur bila disana ada korek api, kalaupun tidak ada korek api, bisa kuambil api dari kompor. Drama pagi yang menyenangkan begitu cepat meninggalkanku sepertinya, langit dengan mentari yang cerah segera berubah menjadi mendung kelabu, dan aku yakin dari sekian juta penghuni bumi hanya aku yang merasakan hal itu. Aku tidak percaya dengan pemandangan yang kusaksikan kini, aku tidak ingin mengakui jika ini adalah kenyataan. Tepat di pojok dapur, dibawah lemari perabot, didalam aquarium kecil itu, beberapa ikan peliharaanku mati mengambang. Akh... segera kuhampiri, dan kupastikan siapa saja yang akhirnya tewas di aquarium itu. ikan koi kecil berwarna merah yang kuberi nama jukut, ikan patin hitam yang kuberi nama rimba dan ikan yang terakhir... aku tidak tega menyebutkan nama ikan mas merah itu. <br />Jukut dan rimba baru satu minggu menemani hari-hariku yang selalu panjang, aku tidak begitu sedih juga kehilangan. Mungkin mereka tewas karena tidak terbiasa ada dalam aquarium kecil tak terurus, mungkin mereka juga tidak sanggup mennjadi bagian dari hari-hariku yang statis ini. Tapi ikan mas merah itu, aku terlampau sedih walau untuk menyebutkan namanya. hampir dua tahun dia menemaniku, selalu setia mendengar segala cerita getirku, selalu tabah meski tidak kuberikan penghidupan yang layak. Pertama kali dia masuk dalam kehidupanku, dia mendiami drum besar penampung air hujan, di halaman belakang rumah, berikutnya pernah mendiami gentong bekas penyimpanan beras, dan yang terakhir pernah pula dia meninggali galon air minum selama beberapa bulan. Ikan mas merah itu adalah yang terbaik dan terindah untuku, diantara lebih dari duapuluh ikan yang pernah kumiliki, hanya dia yang bisa bertahan, karena memang hanya kamu yang bisa.<br />Kini ikan mas merah itu telah pergi, benar benar pergi untuk selamanya. Semoga kau berbahagia disana, semoga pula kau tidak menggugatku atas segala hal yang kulakukan, karena aku yakin kau tahu betul bagaimana aku mencintaimu. Selamat jalan, Sarah.triardianto_danilhttp://www.blogger.com/profile/11101121253539770866noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2289263353700755756.post-34700981180493669882010-10-27T01:33:00.002-07:002010-10-27T01:34:07.906-07:00Saat pagi datang untuk kesekian kalinyaditemani secangkir kopi panas dan beberapa batang rokok kretek, diantara serakan buku dan dokumen dilantai kamar kontrakan, duduk mencoba menuliskan segala yang sedang kurasakan. Begitulah aku yang sudah beberapa bulan ini hanya bisa menjalani hari, tanpa merasa menikmati hari. Segala yang terjadi dan kulalui seakan hanya drama monoton tanpa alur yang jelas, tanpa skenario memadai yang bisa membuat penonton meninggalkan kursi sebelum pertunjukan tuntas. Semuanya porak poranda, tidak lagi pada tempatnya dan aku cukup kebingungan untuk mengembalikannya pada posisi semula. Inilah duniaku kini, menjalani hari tanpa mencintai pekerjaan, tanpa aktivitas berarti dan tanpa kehangatan yang kuinginkan.<br />Sengaja kupilih beberapa lagu “perjuangan”, yang biasanya kudengar dan bahkan kunyanyikan saat ikuti demonstrasi dahulu. Aku ingin menikmati suasana pagi ini lebih istimewa dari biasanya, biarkan lirik-lirik lagu yang penuh dengan amarah pada keadaan dan harapan besar pada perubahan bernama revolusi, menerjang gendang telingaku. Inginku tidak hanya mengamini setiap harapan dalam lagu-lagu itu, tapi mengimaninya. Pagi dipenghujung bulan September ini terasa lebih cerah dan hangat, dibanding dengan pagi yang kulalui sebelumnya, mendung dan suram selalu. <br />Maafku kepada diri sendiri karena selama ini terlampau sering kusakiti. Aku masih percaya Selalu ada harapan akan datang pelangi, setelah hujan turun.triardianto_danilhttp://www.blogger.com/profile/11101121253539770866noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2289263353700755756.post-28455522583683619292010-10-27T01:33:00.001-07:002010-10-27T01:33:36.305-07:00Musik dan momentselalu saja kuharapkan ada sesuatu hal, yang akan mengingatkan pada setiap moment yang kulalui. Suatu hal itu bisa berupa apa saja, meski tidak sedikit barang kenang-kenangan yang bisa mengingatkanku pada berbagai moment, tapi yang paling sering kumiliki dan cukup melekat dalam ingatanku adalah lagu. Lagu-lagu itu kadang tidak memiliki korelasi langsung dengan moment yang kulalui, baik itu lirik lagu maupun nuansanya, tapi entah kenapa setiap lagu itu seakan melengkapi warna-warna yang kudapatkan dalam setiap moment tersebut. Setiap mendengarkan lagu everything will flow milik group musik Suede, ingatanku terbang ke sebuah bulan puasa di tahun 2000an, ketika mendengarkan lagu satu sisi milik dewa 19, terbayang jelas petualangan penyusuran pantai selatan jawa barat, yang kulakukan pada tahun 2001an. Begitu pula ketika kudengar lagu here for you milik fire house, ingatanku melayang ke pantai anyer tahun 1998an. Dan masih banyak lagi lagu lain yang akan mengingatkan pada moment-moment. <br />Yang paling terakhir, lagu selamat jalan kekasih dari chryse, akan mengingatkanku pada saat wisuda di garaha sanusi Unpad.triardianto_danilhttp://www.blogger.com/profile/11101121253539770866noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2289263353700755756.post-4940578250812945212010-10-27T01:32:00.000-07:002010-10-27T01:33:13.950-07:00Halo rena...Sudah cukup lama sejak saat itu, suatu sore di kota tua yang kurasa cukup indah. Kita duduk tanpa banyak bicara, baik kamu ataupun aku sendiri lebih tertarik untuk menikmati segala warna sore itu, tanpa obrolan yang aku yakini tidak akan menyenangkan. Kamu duduk di sebelah kiriku, tatapan matamu tampak hampa memandang lantai berwana dan sedikit mengkilat. Kuperhatikan lekat kamu yang sore ini tampak lebih manis, dengan stelan kemeja putih, celana panjang hitam dan tentu saja liontin kalung bahan perak bertuliskan nama panggilanmu. Andai saja aku bisa menambahkan musik pengiring untuk situasi itu, tentu akan lebih terasa indah dan akan semakin lekat dalam memoriku. Setiap obrolan yang terjalin antara kita saat itu, aku yakini tidak ada satupun yang tuntas. Yang pasti aku dan aku harap kamu juga menganggap bahwa kita telah mencapai kesepahaman tentang apa yang terjadi antara kita. Sebutkanlah semua ini karena kebodohanku, tidak mengambil keputusan untuk lebih lama menikmati segala warna yang akan terjadi, antara aku dan kamu yang pada akhirnya menjadi kita. Karena begitu banyak hal yang kuinginkan ada padamu, karena kamu adalah imajinasi ketika mataku terbuka, aku memilih untuk balik kanan dan tetap menjadikan kamu imajinasi saat mata kupejamkan. Seperti katamu, tidak boleh ada kata maaf diantara kita, karena memang tidak ada satu diantara kita yang salah dan yang benar. Aku amini kata-katamu, kita dipertemukan dalam waktu yang tidak tepat, kita bertemu disaat salah satu diantara kita masih menikmati segala getir dari cerita masa lalu. <br />Selalu saja ada keinginanku untuk mencari keberadaanmu, atau sekedar mencari kabarmu, hanya saja setiap rasa itu selalu aku simpan dan bahkan aku enyahkan dari pikiranku. Tidak kusimpan lagi nomor telfonmu, account Email atau alamat tinggalmu, aku rasa kamu-pun melakukan hal yang sama. Mungkin, suatu hari kita dipertemukan dan tentu saja di waktu yang tepat. Semoga...triardianto_danilhttp://www.blogger.com/profile/11101121253539770866noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2289263353700755756.post-49931642445960059122010-10-27T01:31:00.000-07:002010-10-27T01:32:22.228-07:00segala hal-nya (harus) selalu dramatis.“ ...bukan daniella jika segala hal tidak jadi dramatis” begitulah bunyi pesan singkat yang kukirim pada beberapa orang, ketika aku dalam perjalanan balik dari liburan lebaran, Semacam sikap protes yang tak tahu harus kualamatkan pada siapa. Liburan lebaran tahun ini, seperti biasa kuhabiskan di kediaman nenek dari ayahku di majalaya, yang jaraknya tidak terlalu jauh dari pondokan tempatku tinggal. Perjalanan yang biasanya hanya butuh waktu kurang dari dua jam, kali ini harus aku lalui sampai delapan jam lebih. Sudah dua kali dalam dua hari terakhir ini, agenda pulang terhambat oleh hujan yang turun begitu deras, kali ini aku putuskan untuk berangkat lebih siang sebelum hujan turun. Jam sebelas siang selesai pamit kepada semua keluarga, diantar oleh seorang sepupu menggunakan sepeda motor kumulai perjalanan etape pertama menuju stasion kereta api Cicalengka yang jaraknya tidak lebih dari sembilan kilometer. Perjalanan hanya bisa kuselesaikan tidak lebih dari setengahnya, langit cerah tiba-tiba berubah menjadi mendung kelam dan drama hujan deras dimulai, Segera kami menepi ke sebuah warung kopi kecil untuk berteduh. Lebih dari setengah jam kami habiskan waktu di warung kopi itu, sampai akhirnya hujan tinggal gerimis. Sesegera mungkin kami tinggalkan tempat itu dan melanjutkan perjalanan. Kenyataan berkata lain, tidak lebih dari dua ratus meter kemudian, hujan deras kembali mengguyur dan kami harus berteduh (kembali) di warung kopi (lagi) yang berbeda. Setengah jam kemudian, jam tiga sore kami sudah sampai stasion kereta api yang semua bagian depannya terendam banjir selutut orang dewasa. Kulihat jadwal pemberangkatan kereta api, ternyata masih satu setengah jam lagi baru ada, dengan segala keterpaksaan aku harus menunggunya sendirian karena sepupu yang mengantarkanku memilih untuk segera pulang kembali. Dari pengeras suara, terdengar informasi dari petugas stasion bahwa Kereta sedang kutunggu mengalami keterlambatan, penantianpun bertambah. Sambil menunggu, kupesan lagi secangkir kopi hitam untuk menghangatkan tubuh yang sudah cukup basah ini, kukeluarkan pula novel perahu kertas karya dewi lestari untuk mengalihkan perhatianku dari dingin dan jengkel yang mulai kurasa. Kereta telah tiba, segera kuberdiri bersama ratusan calon penumpang lainnya di samping jalur kereta. Jam enam lebih aku sudah berdiri dalam gerbong kereta yang kurasa berjalan lebih pelan daripada biasanya, yang akhirnya kutahu bahwa itu adalah petunjuk untuk kejutan untuku berikutnya. Ya, benar sekali kereta berhenti dan mogok karena satu dan lain hal, untuk kembali melaju kami harus menunggu lokomotif baru yang akan didatangkan dari stasion pusat. Raaaaar... aku sudah tidak bersemangat untuk berkomentar, hingga akhirnya pukul delapan lebih aku sudah turun dari kereta di stasion hall bandung. Segera kuhubungi seorang kawan yang katanya mau menemuiku disana, dan setelah bertemu kami putuskan untuk segera pulang ke pondokan menggunakan angkot. Tepuk tangan sambil berdiri... angkot jurusan ciumbuleuit sudah tidak ada, otomatis kami harus menggunakan angkot jurusan lain yang setidaknya mendekati pondokan. Kenyataan lain bahwa angkot dago yang kami maksud, juga sudah tidak ada dan tidak ada pilihan selain jalan kaki. Bagiku menggunakan taxi adalah pilihan terakhir, apalagi alasannya selain karena harganya yang mahal. Trootar licin dan berlubang mulai kami tapaki, dari stasion halte menuju ciumbuleuit yang kami yakini cukup jauh. Sampai jalan dago, kawanku memutuskan untuk segera pulang kerumahnya yang cukup jauh juga, disana kami berpisah dan Jam sebelas lebih aku baru sampai di pondokan, dengan keringat yang sudah membasahi hampir semua bagian tubuhku. Mari kita rayakan hari penuh kejutan ini, untuk daniella yang segala hal-nya (harus) selalu dramatis.triardianto_danilhttp://www.blogger.com/profile/11101121253539770866noreply@blogger.com0