Selasa, 28 Februari 2012

Dasidanceritabaru

“ sebisa mungkin dalam hidupmu jangan hanya satu kali, saat menikah saja kamu memakai dasi” , begitulah kiranya penggalan kelakar yang diceritakan seorang kawan kuliahku, saat dia pulang kampung dan berbincang dengan ayahnya. Aku faham betul maksudnya, kawanku diminta cepat bereskan kuliahnya, dengan menyelesaikan skripsi serta melaju ke meja sidang. pada bagian sidang skripsi itulah inti pesan yang disiratkan sang ayah. Dikampusku atau mungkin disemua kampus, ada ketentuan setiap peserta sidang skripsi harus mengenakan pakaian rapi, lengkap dengan dasi. Jadi sang ayah ingin melihat kawanku mengenakan dasi sebelum kawanku meinkah. Akh... sungguh bijak bahasa yang dipilih sang ayah itu, akupun merasa terinspirasi dengan kelakar itu. Kini, aku sudah menjadi sarjana, tentu saja aku sudah pernah mengenakan dasi saat sidang skripsi. Setelah ituAku tidak pernah lagi mengenakan dasi, karena memang pencaharianku bukan di sektor formal yang mengharuskan berpakaian rapi, dalam hal ini mengenakan dasi.Selainitu, sedariduluakumemangtidaktertarikdantidaknyamanbilaharusberpakaianrapi. Meski demikian, Aku percaya, suatu hari nanti, selain saat aku menikah, aku pasti bertemu dengan kesempatan yang mengharuskan aku memakai dasi. Hingga saat itu tiba, akan aku gantungkan dasi-dasi itu ditempatnya,menungguwaktutampiltiba.
Itu cerita beberapa bulan silam, karena hari ini aku harus tersenyum geli rutin satu kali dalam seminggu. Ya, aku tersenyum geli melihat diri sendiri berpakaian rapi dengan dasi, selalu demikian setiap hari kamis, tepatketikaakudapatkanjadwalmengampu di jurusanilmukomunikasikampusbsi. Satulagihal yang akuyakinipadaakhirnyabertepi.
Ruang keluarga yang hangat ketika semua penghuni asyikdengan dunianya. 29 April 2011

Tidak ada komentar: