Rabu, 27 Oktober 2010

sex after dugem dari budiman hakim

7C Ciumbuleuit, 11 Agustus 2010 / 00.52
Sudah lebih dari enam bulan sejak diberikan oleh seorang kawanku,siswanto. buku berjudul sex after dugem itu tertumpuk diantara buku-buku yang sudah kubaca, dan belum sempat aku rapikan kembali. Entah karena alasan apa aku tidak membacanya, padahal kalau masalah waktu, aku rasa selalu ada waktu untuku membaca. apalagi buku ini adalah hadiah dari seorang kawan, yang tentu saja aku yakin tidak asal diberikanya padaku, pasti ada kaitan dengan hal-hal yang aku sukai. Selain itu, bagiku adalah dosa membiarkan buku yang dimiliki tidak dibaca sesegera mungkin. Hal yang paling logis menjadi alasan aku belum membacanya, mungkin karena beberapa bulan ini aku disibukan untuk membaca berbagai literasi komunikologi dan literasi musik underground, untuk penyusunan skripsiku. Sampai suatu hari, bimo yang merupakan adik angkatan satu jurusan dan tinggal satu pondokan menghubungiku, dia hendak meminjam buku tersebut, katanya untuk kepentingan membuat makalah tentang periklanan. Aku persilakan bimo untuk mengambil buku itu di kamar dan sekalian membuka segelnya, karena ternyata bagi beberapa orang termasuk saya, haram hukumnya “merawanin” barang orang yang dipinjam.
Setelah buku itu dikembalikan oleh bimo, kini giliranku untuk membacanya. Dimulai dengan memperhatikan cover buku yang berwarna putih dengan ilustrasi warna hijau, sangat menarik terkecuali judul yang kurasa terlampau “bombastis”, dan berkesan minta perhatian calon pembacanya. Lembar berikutnya yang kubaca adalah testimonial dari orang-orang terkenal tentang isi buku tersebut, yang hampir semuanya mengatakan buku tersebut adalah buku yang penuh kejujuran dan penuh pelajaran hidup. Pepatah lama “jangan nilai buku dari covernya” sepertinya harus kupakai kali ini. Petualangan dimulai dari cerita berjudul plesetan, dan ternyata sukses berat membuatku menghakimi diri sendiri bahwa aku salah, kenapa tidak dari dulu baca buku menyenangkan ini. Cerita demi cerita aku baca dengan tanpa beban, sungguh menyenangkan bisa menikmati berbagai cerita dalam buku itu. Untuk beberapa cerita, aku merasa hadir dalam cerita tersebut. Aku merasa membaca diary sendiri yang belum sempat aku tulis. Terima kasih om bud*(*mencoba sok akrab saja), bukunya menggairahkanku untuk nulis dan baca lagi.

Tidak ada komentar: