Rabu, 27 Oktober 2010

Saat pagi datang untuk kesekian kalinya

ditemani secangkir kopi panas dan beberapa batang rokok kretek, diantara serakan buku dan dokumen dilantai kamar kontrakan, duduk mencoba menuliskan segala yang sedang kurasakan. Begitulah aku yang sudah beberapa bulan ini hanya bisa menjalani hari, tanpa merasa menikmati hari. Segala yang terjadi dan kulalui seakan hanya drama monoton tanpa alur yang jelas, tanpa skenario memadai yang bisa membuat penonton meninggalkan kursi sebelum pertunjukan tuntas. Semuanya porak poranda, tidak lagi pada tempatnya dan aku cukup kebingungan untuk mengembalikannya pada posisi semula. Inilah duniaku kini, menjalani hari tanpa mencintai pekerjaan, tanpa aktivitas berarti dan tanpa kehangatan yang kuinginkan.
Sengaja kupilih beberapa lagu “perjuangan”, yang biasanya kudengar dan bahkan kunyanyikan saat ikuti demonstrasi dahulu. Aku ingin menikmati suasana pagi ini lebih istimewa dari biasanya, biarkan lirik-lirik lagu yang penuh dengan amarah pada keadaan dan harapan besar pada perubahan bernama revolusi, menerjang gendang telingaku. Inginku tidak hanya mengamini setiap harapan dalam lagu-lagu itu, tapi mengimaninya. Pagi dipenghujung bulan September ini terasa lebih cerah dan hangat, dibanding dengan pagi yang kulalui sebelumnya, mendung dan suram selalu.
Maafku kepada diri sendiri karena selama ini terlampau sering kusakiti. Aku masih percaya Selalu ada harapan akan datang pelangi, setelah hujan turun.

Tidak ada komentar: