Rabu, 20 Juli 2016

pada akhirnya semua ini adalah awal...

Adakah yang tahu berapa judul film yang sudah dibintangi oleh Leonardo Dicaprio? Apakah tahu juga berapa kali dia masuk sebagai nominator Oscar? Tak perlu dijawab dengan data, karena saya yakin semua orang sepakat bahwa Leonardo Dicaprio adalah aktor hebat, namun “menyedihkan” karena tidak pernah berhasil menggondol Oscar meski sangat sering masuk nominasi. Hingga pada pengaugerahan Oscar tahun 2016 namanya disebut [kembali] sebagai nominator Oscar, dan pada akhirnya keluar sebagai pemenang. Masih ingat dengan pidato kemenangan Leonardo Dicaprio yang lugas, menyinggung isu sosial yang diluar konteks dunia sinema, dan cukup panjang bila dibandingkan dengan pemenang lainnya. Sebuah pidato kemenangan yang saya yakin telah dirancang dari jauh hari, namun belum ada kesempatan untuk membacakannya. Sudahlah, kita tidak usah larut dalam persoalan Leaonardo Dicaprio tadi, toh maksud saya menuliskan itu karena bingung saja untuk memulai tulisan ini. Kalaupun ada semacam kesamaan dengan cerita yang akan saya tuliskan, saya pastikan itu bukan kesengajaan saya untuk menyamakan diri dengan Leonardo Dicaprio. Beberapa hari lamanya saya diguncang oleh perasaan yang entah apa namanya, antara senang, khawatir, sedih dan haru datang silih berganti. Penyebabnya bisa dibilang sederhana, hanya karena istri saya mengeluh pinggangnya sakit dan panas, perutnya rada mual dan agak lemas. Seperti tanda-tanda perempuan akan menstruasi dan juga tanda-tanda perempuan sedang hamil muda. Pertanyaannya, istri saya sedang mengalami gejala yang mana? Apakah mau datang bulan atau sedang hamil? Jelaslah jawaban tepat untuk pertanyaan tersebut hanya muncul dari dua pihak saja, yang pertama apakah menunggu waktu saja yang menjawabnya atau kami harus datang ke dokter kandungan. Tapi sebelum berserah pada dua pihak tersebut, kami coba pakai alat test istant kehamilan. Apabila muncul satu garis berarti negatif hamil, sedangkan bila muncul dua garis dipastikan positif hamil. Setelah kami coba pakai beberapa merek untuk pembanding, hasil yang keluar adalah satu garis tegas dan garis kedua rada sedikit samar. Jadi bagaimana itu halsilnya?! Baiklah, kalau menunggu sang waktu yang menjawab, mungkin akan semakin membuat saya dan istri terombang ambing di samudera tanya, antara hamil atau datang bulan. Sudahlah, tidak baik berpolemik untuk soal yang rasanya mudah diselesaikan. Mari kita datangi saja dokter kandungan. Dokter kandungan kali ini adalah paling cantik diantara lima dokter yang mendampingi program kehamilan kami, karena empat diantaranya adalah dokter laki-laki. Dokter cantik itu namanya Lena, dan kini sedang duduk manis di seberang meja menekuni medical record milik istri saya. Dengan ramahnya dia bertanya kepada kami perihal serangkaian program kehamilan yang sudah dilakukan, dan menyuruh istri saya berbaring di tempat periksa. Untuk kali kesekian pula saya berdiri disamping istri yang berbaring diperiksa, melihat visual yang tampak di monitor USG. Kalau sebelum-sebelumnya visual di monitor itu begitu sulit saya mengerti, tapi untuk kali ini tanpa harus jeli sekalipun bisa saya lihat ada “sesuatu” disana. Iyaaa, benar sekali, “sesuatu” yang saya lihat di monitor USG adalah tanda awal kehidupan dalam rahim. Setelah tiga setengah tahun lebih penantian, pada akhirnya saya bisa mengatakan “Istri saya positif hamil!” dengan nada sendu namun dengan senyum terkembang. Rasanya ingin sekali selebrasi sekeren Iniesta setelah menjebol gawang Belanda, saat final piala dunia 2010 Afrika Selatan. Atau membacakan pidato kemenangan seperti Leonardo Dicaprio saat mengangkat Oscar pertamanya. Tapi sayangnya ruang praktek dokternya terlampau kecil untuk berlari, dan juga tidak ada perangkat sound system untuk pidato. Hanya mampu mengucapkan Alhamdulillah, bersyukur atas segala situasi ini. Terima kasih untuk Tuhan yang Maha Asyik. Moment indah itu akhirnya datang juga, setelah hampir empat tahun dalam penantian. Dalam rentang waktu penantian tersebut, tidak hanya satu jalan ikhtiar yang kami tempuh, mulai dari dokter kandungan paling terkenal sampai dokter kandungan yang pernah terkenal kami datangi. Dari sinshe paling sipit matanya sampai sinshe yang prakteknya deket lokalisasi juga kami datangi. Dari terapi minum juice buah campur sayur, minum kurma muda tambah madu, dan lainnya juga alhamdulillah pernah kami jalankan. Urusan waktu yang tepat dan gaya bersetubuh yang bagus versi siapapun yang menganjurkan, kami jalankan dengan penuh suka cita. Urusan spiritual rasanya yang kami lakukan hanya berserah pada takdir, berprasangka baik pada rencana Tuhan, dan berusaha untuk selalu Tabah Sampai Akhir, apapun yang harus kami jalani. Sebagai imigran dari surga yang sedang terdampar di bumi, grafik keimanan kami terus fluktuatif seperti nilai tukar Rupiah terhadap Dolar, yang begitu mudah terkoreksi sentimen negatif pelaku pasar. Ada saatnya kami lupa untuk sabar dan pasrah, manakala melihat sodara atau teman yang baru saja menikah langsung hamil. Atau bahkan melihat kawan yang sudah hamil, padahal baru akan menikah. Kami merasa iri, kesal dan tidak sesekali kami mempertanyakan kepada Tuhan, alasan dari semua hal tersebut. Ada begitu banyak drama dan air mata yang terjadi, meski tidak seheboh cerita sinetron Turki. Namun pada akhirnya kami bisa ceritakan segala getir itu dengan senyuman, alhamdulillah... Usia kandungan istri saya masih sangat rentan, dan masih terbentang panjangnya perjalanan sampai kami bertemu buah hati tercinta. Insya Alloh... hanya saja untuk saat ini biarlah kami merayakan kebahagian ini dengan cinta yang sederhana. Salam takjub untuk semuanya yang selalu menginspirasi...

Tidak ada komentar: