Haruskah aku merasa bersalah???*
Berulang kali aku ceritakan pengalamanku waktu kelas dua Sekolah dasar, saat itu semua orang wajib mengumpulkan dan membacakan tugas karangan dengan tema cita-cita. Entah dimulai oleh siapa, yang pasti dari sekian temanku yang kedepan membacakan karangannya, aku mendengar cita-cita mereka dari mulai ingin menjadi dokter, pilot, guru atau artis dan selebihnya teman-temanku bercita-cita ingin menjadi orang yang berguna bagi nusa bangsa, agama dan orang tua. Tibalah giliranku bercerita, aku merasa tidak nyaman dan mencium gelagat kurang baik karena cita-citaku tidak sama dengan teman-teman sekelasku. Apa boleh buat, tidak mungkin untuku diam dan menolak membacakan karangan itu. Ya, tidak lebih dari lima menit aku membacanya, suara tawa teman sekelas membahana tepat setelah kukatakan cita-citaku adalah menjadi pemadam kebakaran. Mereka tertawa dengan puas ketika aku bingung kenapa mereka sampai tertawa demikian. Padahal aku ingat betul satu hari sebelumnya dirumah, ketika ku tulisakan karangan itu ibuku bertanya perihal apa yang aku tulis, dan kujawab kalau yang kutulis tersebut karangan tentang cita-citaku yang ingin menjadi pemadam kebakaran. Reaksi ibuku saat itu tidak mengejek atau menertawakan cita-citaku itu, bahkan dia katakana bagus keinginanku menjadi pemadam kebakaran. Untuku saat itu setiap kata ibu adalah benar dan aku merasa tidak salah memiliki cita-cita menjadi pemadam kebakaran meski ternyata didepan teman-temanku cita-citaku itu salah dan konyol. Hari ini, Aku sendiri tidak menjadi pemadam kebakaran dan teman-teman sekelasku itu tidak ada yang jadi pilot, dokter, atau artis hanya beberapa orang yang menjadi guru dan sisanya mungkin menjadi orang yang berguna bagi nusa bangsa, Negara, agama dan orang tua.
*ditulis di rumah kontrakan saat hujan turun dengan derasnya
Rabu, 06 Mei 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
semua cita-cita itu mulia. Terutama jika menjadi jalan manfaat bagi orang lain. Kesuksesan bukan diihat dari jabatan atau strata sosial atau gaji besar yang didapatkan. Tapi, menjadi bermanfaat bagi orang lain dan memiliki nilai terbaik di sisi Allah itulah cita-cita terbaik...
terima kasih... dalam judul-pun aku mempertanyakan apakah aku harus merasa bersalah? yang pasti, sejak saat itu aku sadar bahwa aku tumbuh dan hidup di lingkungan yang disesaki manusia yang tidak tulus. setidaknya karena konstruksi media begitu lekat pada mereka, sampai cita-cita di kotakan menjadi bagus, biasa dan bahkan tidak wajar. nggak salah khan kalau masyarakat negri kita dikenal sebagai masyarakat yang tidak bangga pada profesinya? hehehehhehe...
Posting Komentar